BUKAN GARUT BIASA
Oleh:
Asep Taupik, S.Pd.
(Guru IPS SMPN 4 Limbangan)
Membicarakan Garut
tidak akan ada habisnya. Kabupaten ini memiliki morfologi sebelah utara berupa
dataran tinggi. Sedangkan bagian selatan
sebagian besar memiliki tingkat kecuraman yang terjal. Kota kabupaten
ini dikelilingi oleh keindahan Gunung Cikuray, Guntur, Papandayan, Talaga
Bodas, Sadakeling, Rakutak, Karacak, Kendang, Jaya, dan Galunggung. Panorama
alam yang sungguh menakjubkan.
Kabupaten ini tidak
bisa dilepaskan dari sejarah pembentukan Kabupaten Limbangan. Letnan Gubernur
Thomas S. Raffles resmi membentuk kembali Kabupaten Limbangan tanggal 16
Februari 1813. Barulah pada masa pemerintahan Gubernur Jendral A.W.F. Idenburg,
berubah menjadi kabupaten Garut, pada 7 Mei 1913.
Tersohor dengan
keindahan alamnya. Kabupaten ini menyimpan sejumlah wilayah wisata. Cipanas
dengan pemandian air panasnya. Situ Bagendit, Situ Cangkuang dengan wisata danaunya.
Rancabuaya, Santolo, Pameungpeuk, Sayang Heulang dengan wisata baharinya.
Gunung Papandayan, Guntur, Kamojang, Kawah Manuk, Gunung Talaga Bodas dengan wisata
pegunungannya. Belum dengan wisata kulinernya, sebut saja dodol yang mendunia.
Namun sungguh
disayangkan wisata Garut tidak ditunjang dengan wisata seninya. Generasi
penerus sudah meninggalkan warisan seni leluhur. Sulit ditemukan pertunjukan
angklung garut yang mendunia. Tari ketuk tilu, ronggeng, tandak, tayuban,
bedaya yang mengalami keemasan juga mulai terkubur jaman. Seni lais, sorak ibra
kini menggantung di negeri awan. Berbeda dengan adu domba, hiburan ini masih
banyak dipertontonkan. Domba garut merupakan yang terbaik dan tangguh. Sehingga
menjadi salah satu ikon Kabupaten Garut.
Seni rakyat yang hilang
ini, ada baiknya dikembangkan kembali. Sebagai suatu upaya untuk menciptakan
lapangan pekerjaan. Menciptakan pemerataan ekonomi baru berbasis rakyat, yang
berujung pertumbuhan ekonomi baru yang berasal dari bawah ke atas, ”bottom-up”.
Membuka dan membangun
sanggar-sanggar seni adalah hal yang bisa dilakukan. Mengorganisir dan mewadahi
seniman-seniman Garut juga bukanlah hal yang mustahil. Menyatukan ide dan
gagasan seni suatu sumbang sih bagi pembangunan Garut. Pemerintah harus hadir
di sini untuk mendukung dan merealisasikannya. Bukan untuk mempolitisasikannya.
Hal ini penting dilakukan untuk menarik para wisatawan, baik lokal maupun
asing. Sehingga menciptakan usaha baru bagi masyarakat.
Bangsa yang luhur
adalah bangsa yang mencintai seninya. Belajarlah dari wilayah yang lain, yang
mampu menjual keindahan alamnya sekaligus seninya. Menciptakan kesejahteraan
masyarakat Garut dari berbagai sisi. Sajikan keindahan alamnya, sajikan
seninya, dorong terus promosinya. Garut ngahiji
Garut ngajadi prestasi. Bukan
Garut biasa tapi mendunia.
Dikutip dari Buku Garut Di Mataku, Bunga Rampai Tulisan Guru Kabupaten Garut, Enang Cuhendi, dkk. MG Publisher, Bandung 2018
Dikutip dari Buku Garut Di Mataku, Bunga Rampai Tulisan Guru Kabupaten Garut, Enang Cuhendi, dkk. MG Publisher, Bandung 2018
0 Response to "BUKAN GARUT BIASA"
Post a Comment