KOMUNIKASI EDUKATIF DALAM LITERASI ALQURAN
Oleh: Asep Saepulmillah*
Dalam pendampingan ke sekolah
sambil melihat karya siswa terdengar di sudut ruangan seorang guru setengah
baya sedang asyik dan serius berkakap-cakap
dengan muridnya. Nampaknya mereka larut dalam pembicaraan
pribadi yang sangat penting. Menarik
sekali, dari nada dan topik pembicaraannya terkesan antara seorang konselor/
psikolog dengan
kliennya, kadang-kadang seperti seorang ustazah yang sedang menyampaikan pesan-pesan
spiritual kepada jamaahnya, atau laksana
seorang trainer atau motivator yang menyemangati audiennya. Tutur kata
yang mudah difahami, jelas, mengena dan berbobot sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman murid. Antara keduanya
tidak ada jarak, terbuka tapi santun, penuh empati dan sarat dengan
pembelajaran.
Penasaran penulis
sempat berdiskusi dan sharing
pengalaman seputar pendekatan dalam memahami murid, dan pada akhir diskusi
dia mengatakan:“kita mesti ikhlas, sabar dan tawakkal,
dari hati ke hati dan penuh cinta karena anak
ladang amal ibadah kita. Kami bangun komunikasi atas dasar keimanan,
hikmah dan Cinta.”Sungguh menginspirasi walaupun terkesan sangat filosofis
normatif.
Pengalaman di atas
sangat kontras dengan banyaknya
keluhan yang kerap disampaikan oleh guru
tentang murid-muridnya yang tidak mau mendengar dan faham meskipun berkali-kali dinasihati. Sepertinya muridlah
yang harus memahami guru, bukan sebaliknya, akibatnya guru lelah dan tidak sabar karena murid
dipaksa harus mengikuti sesuai dengan keinginannya. Sangatlah tidak bijak jika terburu-buru
menyalahkan kepada murid, mungkin salah
satunya, pola komunikasi pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada murid yang
belum tepat. Di
sini pentingnya guru memiliki kemampuan berkomunikasiyang efektif dalam pembelajaran.
Secara teoritis,
komunikasi adalah proses penyampaian pesan (message)
dari sumber (source) atau pengirim
pesan kepada
penerima pesan (receiver) melalui
suatu media (channel) yang tujuannya agar si penerima pesan
memiliki makna, pemahaman atau respon yang sama (feedback) dengan pemberi pesan. Komunikasi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekitar atau kondisi internal (noice)
dari si penerima pesan. Jika hubungannya dengan pembelajaran maka guru sebagai sumber. Fakta, informasi, ilmu pengetahuan
dan pengalaman sebagai isi pesan. Murid sebagai penerima pesan, dilakukan dengan
menggunakan media pembelajaran
untuk mendapatkan feedback
atau respon dari murid setelah menerima pengetahuan.
Dalam kegiatan
pembelajaran fungsi komunikasi sebagai instrumen. Yaitu digunakan untuk
menerangkan, mengajar, menginformasikan, mendorong, mengubah sikap dan
keyakinan, mengubah perilaku, atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Paling tidak ada 5
prinsip cara bertutur kata yang efektif
dalam pembelajaran. Pertama respect,
yaitu sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang
disampaikan. Kedua, emphaty, yakni
kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi
oleh orang lain. Ketiga, audible, yakni
dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Keempat, clarity, yaitu kejelasan
pesan, yang disampaikan sehingga tidak
menimbulkan multitafsir, dan kelima humble,
yaitu sikap rendah hati.
Banyak pola komunikasi
sebagi ilmu terapan dari teori komunikasi,
sosial dan psikologi. Tetapi,
melalui tulisan ini penulis
tertarik untuk memberikan
9 isyarat
Al-Quran tentang pola komunikasi serta implikasinya dalam pembelajaran yang disarikan dari Kitab Al Wāfī fī syarh al Arbaīn al Nawawiyat karya Musthafa Dieb al
Bagha.
Pertama, bertutur kata yang baik (qawlan
ma’rūfan), Q.s 2:263, 4:8, 33:32. Maksudnya ketika berbicara dengan murid maka bicaralah dengan
bahasa yang sesuai dengan tradisi, etika dan norma yang berlaku di masyarakat.
Berbicaralah dengan tutur kata yang sesuai dengan tingkat kematangan usia dan pemahaman peserta
didik, alā qadri uqūlihim,
bahkan dengan bahasa yang dapat diterima
oleh segenap usia.Sampaikan pesan sesuai kondisidan lingkungan saat komunikasi
itu terjadi supaya pembicaraan itu fokus dan terarah.
Kedua,
bertutur kata yang mulia (qawlan karīman),
Q.s. 17:23. Maksudnya ketika berbicara dengan murid, gunakana tutur kata yang
santun, enak didengar dan menyejukkan. Hindari tutur kata yang menyinggung
fisik atau perasaan, tidak menghina, tidak merendahkan, juga tidak menggurui.
Ketiga, bertutur kata yang pantas (qawlan maysyūran), Q.s. 17:28.
Maksudnya, guru hendaknya berbicara dengan kata-kata yang jelas dan mudah
difahami oleh muridnya.Bahasanya menyejukkan
hatitidak meresahkan atau membuat peserta didik gundah atau tambah
masalah.Guru berharap bahwa pesan yang disampaikannya dapat diterima oleh si
penerima pesan dengan baik. Oleh karena itu dalam praktik pembelajaran
disamping bahasa verbal atau non verbal guru diharapkan dapat menggunakan media
(delivery channel) agar mudah
menyampaikan informasi kepada murid.
Keempat,
bertutur kata yang mengena dan membekas (qawlan
balīghan), Q.s. 4:63. Dalam hal ini,
bahasa yang digunakan guru harus
efektifsehingga tepat sasaran dan tujuan, dan efisien artinya tidak berputar -putar,
tidak ngeyel atau lebay. Oleh
karena itu sebelum menyampaikan guru
hendaknya mengetahui dengan jelas
tujuan, isi pesan, dan sasaran supaya arah pembicaraannya fokus dan
mengena.
Kelima,
bertutur kata yang lemah lembut (qawlan
layyinan), Q.s. 20:44. Maksudnya, berbicara dengan peserta didik dengan bahasa yang halus sehingga menyerap ke
relung hatinya, tidak kasar dan tidak menyinggung. Bertutur kata yang lembut kepada
murid dapat membuat dirinya merasa nyaman, dihargai dan sejajar sehingga
memudahkan proses komunikasi dalam dua arah.Diharapkan guru dapat menghargai
setiap muridnya didiknya, karena mereka butuh pengakuan atau penghargaan. Sikap
ini akan membangun kerjasama yang sinergis antara guru dan murid.
Keenam, bertutur kata yang benar dan berimbang (qawlan syadīdan), Q.S. 4:9, 33:70.
Ketika memberi pelajaran atau mendamaikan murid, gunakan bahasa yang berimbang atau adil
kepada berbagai pihak, tidak ada keberpihakan kepada salah seorang. Tidak ada yang merasa dilebihkan atau tersisihkan dalam komunikasi, semuanya mendapat perlakuan yang
sama.
Ketujuh,
bertutur kata yang berbobot (qawlan ‘azhīman),
Q.S. 17:40. Gunakan tutur kata yang
sarat dengan hikmah dan makna kehidupan ketika menyampaikan pesan kepada murid. Perkataan berbobot itu penuh
inspiratif, menyentuh, dan aplikatif dalam kehidupan. Sebaliknya perkataan
yang kurang berbobot, garing, akan
terlewati tanpa makna. Gunakan kata yang
dapat memotivasi, menyadarkan dan merubah paradigma murid atas suatu
permasalan.
Kedelapan,
bertutur kata yang berisi pesan Illahiyah
(qawlan min rabbi alrahīm), Q.S.
36:57. Hendaknya guru menyampaikan pesan-pesan, keteladanan dan hikmah yang
bersumber dari Tuhan. Guru sebaiknya banyak membaca kisah-kisah teladan,
kisah-kisah yang durhaka yang disampaikan oleh Allah SWT dalam kitab suci-Nya. Sampaikan
berita baik (targhib) bagi orang yang mengikuti jalan Tuhan dan ancaman (tarhib) bagi orang yang melanggarnya.
Kesembilan,
bertutur kata yang berat (qawlan tsaqīlan),
Q.S. 73: 5. Maksudnya tutur kata yang
mengandung informasi berkewajiban
syariah (taklifi), halal-haram, dan berimplikasi hukum pidana atau perdata. Dalam hal ini setidaknya guru harus memahami pengetahuan praktis keagamaan dan hukum
berlaku di masyarakatwalaupun tidak memadai seperti seorang ahli. Di
sinilah peran suci guru sebagai penerus para nabi yang bertanggung jawab
membimbing dan mengarahkan murid menemukan jalan yang benar.
Demikian isyarat Al-Quran tentang pola berkomunikasi
yang dikaitkan dengan pembelajaran. Diharapkan ini dapat menambah khazanah
pengetahuan dan keterampilan praktis bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada murid di dalam atau di
luar kelas. Karena inti pembelajaran itu
mengomukasikan ide atau pesan maka penerapan pola komunikasi yang tepat dapat mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Sebaliknya pola komunikasi
yang tidak tepat tidak hanya dapat menyulitkan
tercapainya tujuan pembelajaran, tetapi
dapat menimbulkan permasalan baru. Wallāhu ‘alam.
*Pengawas
Sekolah, Kemenag Kab. Tasikmalaya
Pernah
mengajar di MTsN 2 Tasikmalaya
0 Response to "KOMUNIKASI EDUKATIF DALAM LITERASI ALQURAN"
Post a Comment