EKSISTENSI BERSELIMUT DILEMA
Oleh:
Iyus Yusandi (Garut)
Tujuan utama dari
lembaga pendidikan adalah untuk mengubah
tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain, lembaga ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat karena dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. Keberadaan
lembaga ini memiliki fungsi dan peranan yang sangat berarti bagi masyarakat di
suatu negara. Selain mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, lembaga ini
juga mengajarkan peserta didik tentang kemandirian, kemampuan berprestasi,
pengembangan kepribadian, dan spesifikasi.
Berikut ini adalah beberapa fungsi
lembaga pendidikan:
1.
Fungsi
Sosialisasi
Keberadaan lembaga pendidikan berperan besar dalam proses sosialisasi
peserta didik dengan lingkungan masyarakat. Fungsi sosialisasi ini dilaksanaan
melalui berbagai program dan kurikulum pendidikan di sekolah sehingga transmisi
nilai-nilai budaya dapat selaras dengan pendidikan lainnya.
2.
Fungsi
Pengendalian Sosial
Lembaga ini juga berperan dalam hal kontrol sosial dengan cara menanamkan
nilai-nilai, norma, dan loyalitas tatanan tradisional kepada para peserta
didik. Dengan adanya fungsi kontrol sosial ini maka diharapkan para peserta
didik memiliki karakter yang berkualitas sehingga tatanan masyarakat yang
harmonis dapat terwujud.
3.
Melestarikan
Budaya
Kelestarian budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam tentunya harus
dilestarikan. Dalam hal ini, lembaga pendidikan punya peranan penting dalam
mengajarkan keanekaragaman budaya nasional tersebut kepada para peserta didik.
4.
Seleksi,
Pelatihan, dan Pengembangan Manusia
Lembaga ini juga memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
proses seleksi, pelatihan, dan mengembangkan individu yang berkualitas bagi
dunia kerja dan dunia bisnis.
Salah satu contohnya adalah pada saat proses masuk perguruan tinggi
yang mengharuskan peserta didik mengikuti ujian. Peserta didik yang lulus
seleksi ujian kemudian akan menerima pendidikan, dilatih dan digembleng agar
menjadi individu yang berkualitas.
5. Perubahan Sosial
Dengan adanya lembaga pendidikan dan segala kegiatannya, maka hal
tersebut akan mempengaruhi kehidupan sosial secara umum. Hal ini terjadi karena
nilai-nilai, keyakinan, norma, dan pola pikir yang telah ditanamkan kepada para
peserta didik yang membentuk kepribadiannya sehingga mempengaruhi tingkah
lakunya di masyarakat.
Melalui pendidikan, para
peserta didik juga akan mendapatkan kemampuan berpikir secara kritis, mandiri,
dan tidak mudah menyerah menghadapi tantangan. Dengan begitu, maka diharpkan
para peserta didik dapat berperan menjadi agen perubahan di masyarakat.
Pendidikan Karakter:
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Urgensinya
Pengertian
Pendidikan Karakter
Apa yang dimaksud dengan
pendidikan karakter?
Pengertian pendidikan karakter adalah
suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan
potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi
individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem
pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada
peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character
education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana
tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara
terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
Fungsi
Pendidikan Karakter
Secara umum
fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk karakter seorang peserta didik
sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh,
dan berperilaku baik.
Adapun beberapa fungsi pendidikan
karakter adalah sebagai berikut;
1.
Untuk
mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi individu yang
berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.
2.
Untuk membangun
dan memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.
3.
Untuk membangun
dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional.
Character education seharusnya dilakukan sejak dini, yaitu sejak masa kanak-kanak.
Pendidikan ini bisa dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan,
serta memanfaatkan berbagai media belajar.
Tujuan
Pendidikan Karakter
Pada dasarnya
tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun bangsa yang tangguh,
dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, dan
bergotong-royong.
Untuk mencapai tujuan tersebut
maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk
karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya. Berikut adalah nilai-nilai pembentuk karakter tersebut:
1.
Kejujuran
2.
Sikap toleransi
3.
Disiplin
4.
Kerja keras
5.
Kreatif
6.
Kemandirian
7.
Sikap
demokratis
8.
Rasa ingin tahu
9.
Semangat
kebangsaan
10.
Cinta tanah air
11.
Menghargai
prestasi
12.
Sikap
bersahabat
13.
Cinta damai
14.
Gemar membaca
15.
Perduli
terhadap lingkungan
16.
Perduli sosial
17.
Rasa tanggungjawab
18.
Religius
Pentingnya
Pendidikan Karakter
Seperti kita
ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada perubahan karakter masyarakat
Indonesia. Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang
berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan
lain sebagainya.
Menurut Thomas Lickona,
setidaknya ada tujuh alasan mengapa character educationharus
diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;
·
Ini merupakan
cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter
yang baik dalam hidupnya.
·
Pendidikan ini
dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
·
Sebagian anak
tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain.
·
Dapat membentuk
individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam
masyarakat yang majemuk.
·
Sebagai upaya
mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan,
kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
·
Merupakan cara
terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.
·
Sebagai cara untuk
mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu
peradaban.
Dari penjelasan
tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi setiap
orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah seharusnya
senantiasa menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya.
Pengertian Belajar: Tujuan,
Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenis Belajar
Pengertian
Belajar
Apa yang
dimaksud dengan belajar?
Pengertian belajar adalah
suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah
dipelajari. Definisi
belajar dapat juga diartikan
sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh setiap individu sehingga
tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah
laku atau tanggapan karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu
setelah belajar, dan aktivitas berlatih.
Arti belajar
adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut
dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.
Tujuan
Belajar Secara Umum
Seperti
yang telah di singgung pada pengertian belajar di atas, tujuan utama kegiatan
belajar adalah untuk memperoleh dan meningkatkan tingkah laku manusia dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap positif, dan berbagai kemampuan lainnya.
Menurut Sadirman (2011:
26-28), secara umum ada tiga tujuan belajar, yaitu:
1. Untuk Memperoleh Pengetahuan
Hasil dari kegiatan belajar dapat ditandai dengan meningkatnya
kemampuan berfikir seseorang. Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses
belajar juga akan membuat kemampuan berfikir seseorang menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, pengetahuan akan meningkatkan kemampuan berpikir
seseorang, dan begitu juga sebaliknya kemampuan berpikir akan berkembang
melalui ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dengan kata lain, pengetahuan dan
kemampuan berfikir merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan
Keterampilan yang dimiliki setiap individu adalah melalui proses
belajar. Penanaman konsep membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan
jasmani maupun rohani.
Dalam hal ini, keterampilan jasmani adalah kemampuan individu dalam
penampilan dan gerakan yang dapat diamati. Keterampilan ini berhubungan dengan
hal teknis atau pengulangan.
Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks karena bersifat
abstrak. Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir, dan
kreativitas dalam menyelesaikan masalah atau membuat suatu konsep.
3. Membentuk Sikap
Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini,
pembentukan sikap mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman
nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya.
Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik,
seorang guru harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati. Guru harus
bisa menjadi contoh bagi anak didik dan memiliki kecakapan dalam memberikan
motivasi dan mengarahkan berpikir.
Ciri-Ciri
Belajar
Proses belajar
dapat dikenali melalui beberapa karakteristiknya. Mengacu pada definisi belajar
di atas, berikut ini adalah beberapa hal yang menggambarkan ciri-ciri belajar:
· Terjadi perubahan tingkah laku (kognitif, afektif, psikomotor, dan
campuran) baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung.
· Perubahan tingkah laku hasil belajar pada umumnya akan menetap atau
permanen.
· Proses belajar umumnya membutuhkan waktu tidak sebentar dimana hasilnya
adalah tingkah laku individu.
· Beberapa perubahan tingkah laku yang tidak termasuk dalam belajar adalah
karena adanya hipnosa, proses pertumbuhan, kematangan, hal gaib, mukjizat,
penyakit, kerusakan fisik.
· Proses belajar dapat terjadi dalam interaksi sosial di suatu lingkungan
masyarakat dimana tingkah laku seseorang dapat berubah karena lingkungannya.
Menurut Slameto, ciri-ciri
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar adalah;
· Perubahan terjadi secara sadar
· Bersifat menetap atau kontinu, dan fungsional
· Bersifat positif dan aktif
· Memiliki tujuan dan terarah
· Meliputi segala aspek tingkah laku individu
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan yang terjadi secara
sadar, dimana tingkah laku seseorang menjadi lebih baik, dan sifatnya menetap
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Jenis-Jenis
Belajar
Setidaknya ada delapan jenis
belajar yang dilakukan oleh manusia. Adapun beberapa jenis belajar adalah
sebagai berikut:
1.
Belajar rasional, yaitu proses belajar
menggunakan kemampuan berpikir sesuai dengan akal sehat (logis dan rasional)
untuk memecahkan masalah.
2.
Belajar abstrak, yaitu proses belajar
menggunakan berbagai cara berpikir abstrak untuk memecahkan masalah yang tidak
nyata.
3.
Belajar keterampilan, yaitu proses
belajar menggunakan kemampuan gerak motorik dengan otot dan urat syaraf untuk
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
4.
Belajar sosial, yaitu proses belajar memahami
berbagai masalah dan cara penyelesaian masalah tersebut. Misalnya masalah
keluarga, persahabatan, organisasi, dan lainnya yang berhubungan dengan
masyarakat.
5.
Belajar kebiasaan, yaitu proses pembentukan atau perbaikan
kebiasaan ke arah yang lebih baik agar individu memiliki sikap dan kebiasaan
yang lebih positif sesuai dengan kebutuhan (kontekstual).
6.
Belajar pemecahan masalah, yaitu belajar
berpikir sistematis, teratur, dan teliti atau menggunakan berbagai metode
ilmiah dalam menyelesaikan suatu masalah.
7.
Belajar apresiasi, yaitu belajar kemampuan dalam
mempertimbangkan arti atau nilai suatu objek sehingga individu dapat menghargai
berbagai objek tertentu.
8.
Belajar pengetahuan, yaitu proses
belajar berbagai pengetahuan baru secara terencana untuk menguasai materi
pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan investigasi.
Pada kasus Waringinanom, pihak SMP
PGRI Wringinanom akui siswa yang merokok adalah muridnya, bahwa sosok yang ada
dalam video siswa berani menantang gurunya dan sempat merokok di dalam kelas
merupakan kelas di sekolahnya. Siswa tersebut diketahui berinisial AA (15
tahun) warga Dusun Krajan desa/kecamatan Wringinanom, Gresik, yang saat ini
duduk di bangku kelas IX. Sementara gurunya yang dibuli bernama Nur Khalim (30
tahun), sebagai guru Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
“Benar baik guru maupun muridnya
dari sekolah kami. Saya sendiri juga kaget mengetahui hal ini, dengan video
kabarnya sudah menyebar di medsos dan menuai banyak komentar.” Ujar Rusdi,
Minggu (10/02/2019).
Rusdi mengatakan, “AA
dikenal sebagai sosok yang kerap kali berani menentang Nur Khalim,”
“Sekarang AA kelas IX dan mau try out untuk
persiapan Ujian Nasional. Setahu saya, dia memang biasa berani dan
menggoda Pak Khalim," "Mungkin juga karena Pak Khalim masih bujang,
dan bagi AA bisa dijadikan bahan candaan. Sebab, Pak Khalim sendiri kami kenal
sebagai sosok yang sabar.”
Nurul Hidayah, guru pelajaran Matematika di
SMP PGRI Wringinanom, mengatakan, AA memang kerap kali mengerjai Nur Khalim dan
bahkan berani menantang. "Saya sendiri baru empat tahun kerja di SMP PGRI
Wringinanom. Anaknya memang aktif, sementara Pak Nur Khalim kan orangnya memang
penyabar. Kalau saya mengajar, anaknya memang masih mau menuruti perintah, cuma
kadang-kadang memang enggak ngerjain PR (pekerjaan rumah) dan sekadar maju ke
depan kelas, tapi tidak mau jawab pertanyaan," kata Nurul. Dengan melalui
beberapa pertimbangan, akhirnya dengan melalui inisiatif kedua belah pihak
dengan mediasi pihak kepolisian, kedua pihak sepakat untuk melakukan mediasi
guna berdamai dan tidak memperpanjang kasus ini.
Mari bina bersama
peserta didik masing-masing, agar mereka menjadi generasi berkarakter sesuai
dengan program satuan pelajaran masing-masing. Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
*)
Drs. IYUS YUSANDI, M.Pd., Lahir di Garut, tanggal 25 April 1968. Guru Bahasa
Indonesia SMAN 18 Garut, Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMA Kab. Garut dan Sekretaris
MGMP Bahasa Indonesia Provinsi Jawa Barat. Pernah menulis Drama 1 babak dengan
judul “Romanska”, Tim Penulis Buku
Bahasa Indonesia Peminatan kelas XII SMA
0 Response to "EKSISTENSI BERSELIMUT DILEMA"
Post a Comment