GHIBAH & NAMIMAH, MAKNA, BAHAYA, DAN SOLUSINYA
Oleh: Deni Ramadani
Tak ada gading yang tak
retak, peribahasa ini sangat populer dan sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Enam kata singkat ini mempunyai arti yang cukup dalam untuk kita telusuri.
Kalimat yang menggambarkan sesuatu yang terdapat pada setiap insan. Menyiratkan
bahwa tak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pastilah mempunyai kealfaan
dan kekurangan.
Makna ghibah
Ketidaksempurnaan yang
ada pada setiap kita pastilah menjadi nilai negatif di mata orang lain. Hal ini
akan berdampak pada sikap dan prilaku orang lain terhadap kita. Contoh paling
ringan adalah ketika si A bertemu si B, mereka membicarakan kejelekan si C.
Ketika si A berbicara dengan si C, si B yang dibicarakan kejelekannya. Begitu
pula ketika si B curhat dengan si C, si A yang dibully habis-habisan. Begitulah
seterusnya seolah tanpa akhir.
Nabi berkata tentang
kebiasaan membicarakan kejelekan orang lain. Kata beliau, ghibah, yaitu “Engkau
menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu.” Seorang sahabat
bertanya: “Bagaimana jika (yang dibicarakan itu) memang benar ada padanya?”
Nabi menjawab: “Kalau memang benar berarti engkau telah mengghibahinya. Tetapi
jika tidak benar, berarti engkau telah berdusta atasnya.” (HR. Muslim No. 2589)
Maklumilah dan jangan
umbar aib saudara kita
Yang perlu diingat
manusia bukanlah seperti malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu. Oleh karena
itu kita harus memaklumi kekurangan yang ada pada diri saudara kita, sambil
kita berusaha instrospeksi dan memperbaiki diri kita sendiri. Kita juga harus
mampu menahan lisan kita dari membicarakan kejelekan saudara kita. Karena kata
nabi shollallohu’alaihi wasallam: Sesungguhnya Allah Allah `Azza Wa
Jalla telah menetapkan pada setiap anak cucu Adam bagiannya dari perbuatan zina
yg pasti terjadi & tak mungkin dihindari. Maka zinanya mata adalah melihat
(yang dilarang), zinanya lisan adalah ucapan (yang dilarang), zinanya telinga
dengan mendengar (yang dilarang), zinanya tangan dengan menggenggam (yang
dilarang), zinanya kaki dengan melangkah (kepada yang dilarang), sedangkan hati
berkeinginan & berangan-angan, & kemaluanlah sebagai pembenar atau
tidaknya. [HR. Muslim No.4801/muttafaqun’alaihi]
Hukuman bagi para
pengghibah
Dalam Islam, setiap
perbuatan pasti akan dibalas dengan hal yang setimpal, termasuk dalam perkara
ghibah. Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah
salah satu di antara kalian memakan bangkai saudaranya yang telah mati? Pasti
kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah ta’ala. Sungguh Allah
ta’ala Maha Menerima Taubat dan Maha Pengasih (QS. Al Hujurat: 12)
Dalam sebuah hadits
dijelaskan bahwasannya orang yang mengghibahi saudaranya akan mendapatkan dosa
dan selain itu ia juga akan diberikan dosa orang yang dighibahinya. Sedangkan
orang yang dighibahi akan berkurang dosa-dosanya.
Ghibah mengantarkan
kita pada perbuatan namimah (adu domba)
Ghibah yang dilakukan
terus menerus dapat menimbulkan dosa lainnya yang lebih besar, yaitu namimah
atau adu domba. Seseorang yang tadinya bersahabat dapat menjadi musuh
bebuyutan. Bahkan dua orang yang bersaudara bisa hancur persaudaraanya. Hal itu
dikarenakan perbuatan namimah yang berawal dari ghibah. Yang tidak kalah
mengerikan dalam salah satu hadits yang shohih, nabi berkata: “Orang yang
melakukan namimah di akhirat nanti akan ditarik kakinya dengan posisi wajah
tersungkur ke bawah dan akan tumbuh kuku besi dari jari tangannya yang kemudian
mencakar-cakar wajahnya sendiri sampai berdarah-darah dan hancur.”
Cara bertaubat dari
ghibah
Berkata Syaikh Utsaimin
rohimahulloh: “Sebagian ulama mengatakan jika yang dighibahi telah mengetahui
bahwa engkau telah mengghibahinya, maka engkau harus datang kepadanya dan
meminta agar dia merelakan perbuatanmu. Namun jika dia tidak tahu, maka
janganlah engkau mendatanginya (tetapi hendaknya) engkau memohon ampun untuknya
dan engkau membicarakan kebaikan-kebaikannya di tempat-tempat engkau
mengghibahinya. Kerena sesungguhnya kebaikan itu bisa menghilangkan
kejelekan-kejelekan.
Cara menghindari ghibah
Di antaranya:
-
Berbaik sangka pada orang lain sehingga
lisan kita mampu mengerem keinginan untuk ghibah.
-
Selalu ingat bahwa setiap kita selalu
diawasi oleh dua malaikat yang siap mencatat perbuatan baik dan buruk.
-
Menjauhi majelis yang di dalamnya
terdapat ghibah.
Ghibah yang dibolehkan
Menurut Al Imam An-Nawawi
rohimahulloh ghibah yang dibolehkan ada enam, yaitu orang yang mengadu kepada
hakim untuk minta keadilan, orang yang mengenalkan/mak comblang, orang yang
memperingatkan dari kejelekan, peminta fatwa, (menghibah) orang yang
menampakkan kefasikan secara terang-terangan, dan orang yang mencari bantuan
untuk menghilangkan kemungkaran.
Bahaya ghibah dalam
dunia pendidikan
Perbuatan ghibah tidak
hanya terjadi pada masyarakat umum, tapi sudah menjalar ke dunia pendidikan
termasuk ke sekolah-sekolah. Hal ini cukup berbahaya mengingat seorang pendidik
itu sebagai model bagi peserta didik. Dan peserta didik kita adalah cerminan
masa depan bangsa. Apa saja bahaya ghibah dalam dunia pendidikan? Berikut ini
di antaranya.
1.
Akan mengurangi keharmonisan hubungan
antar pendidik di sekolah khususnya.
2.
Lama-kelamaan perbuatan ghibah yang
bertambah parah akan berubah menjadi namimah/adu domba yang bisa menimbulkan
cek-cok dan pertengkaran.
3.
Guru yang melakukan ghibah di depan
siswa akan mengurangi kewibawaan guru yang dighibahi.
4.
Peserta didik akan terbiasa melihat dan
mendengarkan ghibah yang dilakukan guru.
5.
Perbuatan ghibah akan ditiru oleh
peserta didik.
Bagaimana Seorang
Pendidik Menyikapi Bahaya Ghibah?
Sebagai seorang pendidik, kita harus berupaya keras
untuk memerangi dan mencegah perbuatan ghibah. Di antaranya dengan cara sebagai
beriukut.
1. Berusaha untuk tidak melakukan ghibah
dan tidak mendekati orang yang sedang ghibah, karena selain berdampak buruk
pada diri sendiri juga akan berdampak buruk terhadap peserta didik yang
mempunyai sifat mudah meniru.
2.
Menasihati orang lain yang sedang ghibah
(bila mampu), kalau tidak mampu cukup dengan hati yaitu dengan merasa risih dan
membenci perbuatan ghibah yang dilakukan orang lain dan dibuktikan meninggalkan
majelis pembicaraan yang di dalamnya terdapat ghibah serta tidak ikut-ikutan
melakukan ghibah.
3.
Menjelaskan kepada peserta didik tentang
bahaya ghibah.
4. Menjelaskan kepada peserta didik tentang
sikap yang sering dianggap ghibah, seperti bisik-bisik sambil senyum menertawai
orang lain. Sikap ini sebaiknya dijauhi oleh peserta didik khususnya.
5.
Menanamkan sikap baik sangka pada orang
lain untuk mencegah ghibah.
6.
Berusaha menghilangkan kebiasaan buruk
seperti sikap saling menyalahkan.
7.
Menanamkan keyakinan bahwa setiap
manusia selalu diawasi malaikat yang siap mencatat pahala dan dosa.
8.
Menasihati peserta didik yang kedapatan
melakukan ghibah.
0 Response to "GHIBAH & NAMIMAH, MAKNA, BAHAYA, DAN SOLUSINYA"
Post a Comment