HARIMU
Janur
kuning tergantung menandai peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup. Tenda
biru memayungi deretan kursi agar dipakai
para tamu. Dekorasi mewah menghiasi kursi singgasana sang raja dan ratu.
Kerlap-kerlip lampu hias pun turut ramaikan suasana dalam gedung.
Beberapa
orang sibuk memagari karpet merah. Di sisi lain, di sudut-sudut tertentu pun
disiapkan orang-orang berjas seragam dengan earphone masing-masing. Di dalam
ruangan orang-orang duduk menghadap ke
singgasana. Di meja bundar telah duduk bapak-bapak berjas dan berdasi.
Bapak-bapak itu berhadapan dengan sosok pemuda tinggi dan gagah.
Meja
saji berisi menu siap ramaikan pesta. Sudut lain para pemusik sudah menyiapkan
alat-alatnya. Kipas angin berdiri di kiri dan kanan gedung.
Pemandu
waktu sudah mulai mengatur rangkaian kegiatan utama dan beberapa rangkaian
acara tambahan. Pengarah acara mulai merangkai kata awali kegiatan. Para tamu
pun duduk penuh perhatian jalani waktu dalam diam.
“Ananda
Fiqri, saya nikahkan dan kawinkan Ananda Fiqri dengan anak saya yang bernama
Rina dengan mas kawin emas sebesar 10 gr dibayar tunai”, suara calon bapak
mertua dengan tegas.
“Saya
terima nikah dan kawin Rina dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai”.
Jawab mempelai pria.
“Sah!”
serempak hadirin pun berseru.
Acara
utama berderet saling sambung-menyambung. Mengiringi sepasang hati yang sedang
merangkai bahagia. Menyatukan rasa dalam sumpah suci. Demi menggapai hidup
bahagia dunia dan akhirat. Seiring sejalan dalam suka dan duka. Diiringi do’a
dan restu kedua orang tua, saudara, kerabat, dan kawan-kawan kedua belah pihak.
Semua
orang berderet satu demi satu. Mereka menghampiri pasangan pengantin. Saling
berjabat tangan, menyampaikan do’a terbaik mereka untuk pasangan pengantin. Begitu
pula kepada kedua orang tua mempelai itu.
Menu
hidangan pun dinikmati para tamu undangan. Para tamu undangan menikmati
hidangan dengan diiringi alunan instrument modern. Dimainkan pemain muda-muda.
Pedang
Pora pun menghiasi kegiatan resepsi pernikahan. Sebagai tanda penghormatan pada
perwira yang melepas masa lajangnya. Pedang Pora adalah tradisi wajib yang
sudah dilakukan turun-temurun dalam dunia militer. Selain itu, Pedang Pora
merupakan lambing solidaritas, persaudaraan, permohonan perlindungan pada Tuhan
untuk angkatan bersenjata. Sedangkan Pedang Pora yang dilewati oleh kedua
mempelai mengartikan kalau telah dimasukinya pintu gerbang kehidupan rumah
tangga yang baru. Angkatan bersenjata yang menjadi pengiring dan merangkai
pedang-pedang tersebut biasanya adalah rekan-rekan atau adik tingkat dari
mempelai pria yang seorang perwira.
Prosesi
Pedang Pora berlaku untuk para angkatan bersenjata yang masih aktif dalam
menjalankan tugasnya pada Negara. Baik dari kepolisian, Tentara Nasional
Indonesia (TNI), Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Prosesi
Pedang Pora pun akan dimulai ketika kedua mempelai sudah siap berjalan
memasuki gerbang yang terdiri
berhadap-hadapan dengan satu orang sebagai komandan regu. Pasukan Pedang Pora
termasuk juga mempelai pria tentulah mengenakan seragam militernya. Lengkap
dengan segala atribut serta enggak lupa Pedang Pora atau pedang panjang yang
masih berada dalam sarung dan tergantung pada pinggangnya masing-masing.
Saat
komandan regu sudah melaporkan kesiapan mereka pada kedua mempelai, pasukan Pedang
Pora pun kemudian dipersiapkan untuk mulai menghunus pedangnya. Pedang yang
terhunus pun memiliki makna tersendiri, yakni dengan jiwa ksatria, kedua
mempelai siap menghadapi segala rintangan yang akan mereka hadapi di dalam
kehidupan.
Setelah
itu, secara perlahan Pedang Pora mulai terangkat ketika mempelai berjalan pelan
tapi pasti di bawah pedang tersebut. Suara tambur pun memngiringi keduanya yang
tengah melewati pedang itu, diikuti oleh pasukan Pedang Pora yang berjalan
tegap di belakang mempelai.
Kemudian
mereka membuat formasi lingkaran yang mengelilingi mempelai sembari
menghunuskan pedang ke atas hingga seolah-olah membentuk paying. Adapun makna
di balik bentuk paying pora itu, yakni Tuhan Yang Maha Esa akan senantiasa
melindungi kedua mempelai dalam menghadapi segala rintangan kehidupan dan
selalu ingat untuk memohon perlindungan dan petunjuk kepada-Nya.
Selanjutnya
kedua mempelai pun akan menerima pemasangan cincin yang juga melambangkan kalau
kedua mempelai akan selalu bersama-sama dalam mengarungi bahtera kehidupan
baru. Dan … khusus mempelai wanita, dia akan mendapatkan pakaian atau sebuah
symbol lain sebagai lambing jika dirinya telah siap menjadi istri seorang
prajurit.
Hari
semakin siang. Mentari persis berada di atas. Tamu undangan mulai berdatangan.
Gedung semakin riuh, penuh pengunjung. Dari pintu gerbang gedung, para tamu
undangan menyusuri karpet merah mengarah ke kursi pelaminan. Menghampiri kedua
mempelai yang sedang berbahagia. Mendo’akan semua yang terbaik untuk kedua
mempelai. Lewati kedua mempelai dan kedua orang tua mempelai. Para tamu pun mencicipi hidangan. Mereka menikmati
hidangan dan mengambil posisi di luar gedung.
Beberapa
orang pergi meninggalkan gedung. Ada juga beberapa orang datang, memasuki
gedung. Beberapa orang sibuk memagari karpet merah. Di sisi lain, di
sudut-sudut tertentu pun disiapkan orang-orang berjas seragam dengan earphone
masing-masing. Di dalam ruangan orang-orang duduk menghadap ke singgasana. Beberapa orang
berpoto bersama kedua mempelai. Beberapa orang-orang antri di meja hidangan.
Beberapa orang menikmati hidangan. Beberapa orang memainkan alat-alat musik,
megiringi kebahagiaan kedua mempelai serta mengiringi para tamu. Beberapa orang
sibuk menarik dan mengumpulkan piring-piring kotor. Beberapa orang mengisi
hidangan yang sudah kosong. Beberapa orang hilir mudik dengan kegiatan
masing-masing.
Senja
pun tiba. Acara-acara utama, acara-acara tambahan di gedung itu rampung
terselenggara. Para tamu undangan sudah banyak yang meninggalkan gedung.
Tertinggal
kedua mempelai, kedua orang tua mempelai, dan keluarga terdekat kedua belah
pihak.
Senyum
menghiasi bibir-bibir mereka. Lelah pun terasa, mengiringi kebahagiaan mereka.
Mulailah
mereka mengarungi bahtera hidup.
mantap surantap.
ReplyDeleteterima kasih Guneman