JALAN “SURGA” MENUJU GEOPARK CILETUH (2)
Oleh:
Iwan Al-Aswad*)
Iwan Al-Aswad*)
Puncak Gebang
kutinggalkan. Ada kesan mendalam yang tertinggal di otakku.
Ya, kesan “ngeri-ngeri sedap” saat melintasi jalan perawan.
Kembali kupacu kendaraan.
Sesekali kuinjak pedal gas sedalam mungkin. Mesin meraung namun lajunya
gemulai. Maklum, jalan menanjak memaksa untuk kugunakan gigi rendah sesuai
petunjuk marka jalan. Jalan aspal hitam membentuk pola ular melenggang terlihat
meliuk-liuk di depanku. Jarak pandang begitu leluasa sehingga satu atau dua
kilometer dapat terlihat. Banyak kios-kios penjaja jajanan di kiri dan kanan
jalan. Ada yang kumuh, ada juga yang dibuat lumayan resik.
Setelah beberapa saat kulahap
jalan boulevard yang lumayan panjang,
tibalah di Puncak Darma. Berwisata ke Geopark Ciletuh belumlah utuh jika belum
mencapai Puncak Darma. Meski untuk sampai ke sini perlu nyali lebih. Kengerian perjalanan
akan segera terlupakan karena terhipnotis oleh pemandangan yang benar-benar amazing.
Puncak Darma tak pernah
sepi dari pengunjung. Baik pengunjung yang ingin menikmati keindahan Taman Bumi
ataupun muda mudi yang sekedar “buron” dari pengawasan orangtuanya untuk
berpacaran. Mungkin karena puncak inilah yang memberikan kepuasan untuk dapat
menikmati pemandangan ke arah Taman Bumi Geopark
Ciletuh setengah utuh. Teluk Ciletuh terlihat utuh. Ampitheatre, pulau Kunti, Pantai Palangpang, yang terlihat jelas dari
puncak ini menggoda setiap pengunjung untuk mengabadikan gambar di memori smrartphone mereka. Dari puncak ini pula
landscape Geopark Ciletuh terlihat menawan.
Petak-petak sawah membentuk susunan yang teratur bak potongan puzzle. Sepintas nampak seperti jejeran
matras berwarna kuning emas karena kebetulan musim menjelang panen.
Selain view lanskap Geopark yang terlihat “nyaris”
utuh, ada yang tak kalah menarik di bukit
ini. Tugu Aher, tugu ini (lebih tepatnya Prasasti) berbentuk menara mini.
Dipuncaknya ada karya pemahat yang rapi: miniatur Gedung Sate bersanding dengan
Pisau Kujang. Tipikal Jawa Barat sekali, Bukan? Tugu ini didirikan di tengah jalan
pertigaan Loji-waluran-Palangpang.
Berdekatan dengan
Puncak Darma, ada satu lagi spot indah untuk menikmati view Geopark dari kejauhan, Puncak Aher. Masyarakat daerah ini
menyebut demikian karena di bukit ini mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad
Heryawan atau Kang Aher pernah singggah berlama-lama. Sambil menunggu kiriman jamuan
makan siang, Kang Aher berfoto-foto di bukit ini. Foto beliau viral di media sosial. Semenjak saat itu
masyarakat menjuluki bukit ini dengan nama Puncak Aher.
Kini Puncak Aher
menjadi spot wisata Paralayang. Dari puncak ini para penghobi terbang dapat
menyalurkan hasratnya. Dari puncak inilah take
off paralayang dapat dilakukan. Tiupan angin yang stabil, lereng bukit yang
curam-curam landai menjadikan tempat ini sangat ideal untuk menerbangkan
paralayang.
Saatnya perjanan kulanjutkan.
Selepas dari Puncak Darma jalan yang kutapaki menurun tajam. Kupererat memegang
kemudi karena kupikir menaklukan jalan ini perlu kewaspadaan tingkat dewa. Liukan
tikungan dan curamnya jalan memaksa kaki, tangan, dan konsentrasiku untuk
selalu kompak. Jika tidak, jurang yang dalam siap menampung “penghuni”.
Sepanjang jalan Puncak
Darma-Pantai Palangpang pandanganku tak bisa fokus ke depan. Banyak godaan
untuk melirik ke kiri dan kanan. Air terjun yang cukup indah tersisip di jalur
ini. Kukatakan tersisip karena tak banyak pengunjung yang tertarik untuk
menikmatinya, kecuali aku.
Puas menikmati pemandangan
air terjun sisipan, kembali perjalanan kulanjutkan. Jalan mulai sedikit ramah
karena punggung bukit telah terlewati. Aku pun mulai memasuki wilayah Taman
Bumi Geopark Ciletuh.
Di sebelah kanan jalan
nampak papan penunjuk arah bertuliskan “Curug Cimarinjung”, kulewati karena aku
tak bermaksud berwisata. Jalanan mulai mendatar. Di kiri dan kanan jalan terhampar
petakan-petakan sawah yang siap panen. Sesekali terlewati jejeran rumah
penduduk yang nampak mulai ada yang bermodel minimalis tiruan dari perumahan di
kota. Sisanya masih bertahan dengan model “jadul”.
Jalan kembali mulai
berliku meski tidak ada tanjakan atau turunan ekstrem. Saat melintasi kebun
mangga laju mobil kuperlambat. Ya, kuperlambat karena ada “pasukan” yang sedang
berduyun-duyun menyusuri jalan didepanku. Anggota pasukannya cukup banyak
hingga barisannya lumayan panjang. Pasukan ini tak bisa dihalau dengan klakson.
Mereka tak terlihat takut, atau memberiku jalan untuk melewatinya. Egois
memang, karena mereka hanyalah sepasukan sapi yang pulang merumput menuju kandang
milik tuannya. Deritaku berakhir saat “pasukan” sapi mulai menepi.
Banyak objek yang dapat
dinikmati di sini. Mayoritas wisata alam air terjun. Ada Curug Cimarinjung,
Curug Cikanteh, Curug Sodong, Curug Awang, dan Curug Tengah. Kesemuanya
menawarkan kesejukan. Jika anda ingin berlama lama menikmati indahnya pelangi,
di air terjun inilah tempatnya. Pelangi dapat dinikmati selama matahari
bersinar. Percikan halus air terjun mengurai sinar matahari menjadi spektrum
warna pelangi.
Ada sajian wisata lain
selain air terjun. Pasir Putih salah satunya. Di Palangpang kita bisa menikmati
hamparan pasir putih di sepanjang pantai. Atau, jika anda hobi memancing, ada
perairan dangkal seputar Pulau Kunti. Dengan mengeluarkan sedikit kocek untuk
menyewa perahu nelayan, anda dapat menikmati sensasi mancing mania di sini.
Masih banyak keindahan
yang dapat dinikmati di Geopark Ciletuh. Suatu saat akan saya “telanjangi” sampai habis.
Ayo ke Geopark Ciletuh
Habis....
*) Iwan al Aswad adalah nama pena dari Iwan, M.Pd. Kepala SMKN 1 Tegalbuleud, Sukabumi
*) Iwan al Aswad adalah nama pena dari Iwan, M.Pd. Kepala SMKN 1 Tegalbuleud, Sukabumi
0 Response to "JALAN “SURGA” MENUJU GEOPARK CILETUH (2)"
Post a Comment