PUISI RUDI DAN IYUS YUSANDI
KEHAMPAAN SANG MALAM
Karya : Rudi *)
Pekatnya
malam
tak
sepekat
tinta
ini
Dan kini
hatiku
terdiam
membisu
Rasanya
tak
karuan
menyelimuti
batinku
Entah di mana kau bersembunyi
Mengapa sang
malam yang berkuasa
Mengapa
hitamnya
malam yang bertahta
Suasana apa yang
kini akan terjadi
Seakan tak ada
setitik terang pun yang akan menghiasi
Diriku adalah kekosongan ruang
yang hampa
Bayangan yang
sekilas hadir
Seakan menoleh
pun tak jelas apakah itu
Dan
perasaan ikut serta memudar
Apakah ini hanya sekedar ilusi
Sebuah ilusi yang
tidak akan bertepi
Seoalah di
atas malam hanya ada malam
Dan perasaan pun
selalu diikuti dengan kehampaan
*) Rudi, siswa kelas X TKJ SMKN 6 Garut
Karya : Rudi *)
Pekatnya
malam
tak
sepekat
tinta
ini
Dan kini
hatiku
terdiam
membisu
Rasanya
tak
karuan
menyelimuti
batinku
Entah di mana kau bersembunyi
Mengapa sang
malam yang berkuasa
Mengapa
hitamnya
malam yang bertahta
Suasana apa yang
kini akan terjadi
Seakan tak ada
setitik terang pun yang akan menghiasi
Diriku adalah kekosongan ruang
yang hampa
Bayangan yang
sekilas hadir
Seakan menoleh
pun tak jelas apakah itu
Dan
perasaan ikut serta memudar
Apakah ini hanya sekedar ilusi
Sebuah ilusi yang
tidak akan bertepi
Seoalah di
atas malam hanya ada malam
Dan perasaan pun
selalu diikuti dengan kehampaan
*) Rudi, siswa kelas X TKJ SMKN 6 Garut
PASTI TANDUS BERGANTI
Oleh: Iyus Yusandi
Ranting kering kerontang
merindu daun-daun hijau
mata air kering
mendamba turun hujan dan embun
bergayut membalut dahaga
membahana dalam sukma merana nan gersang bahkan berdebu
Titik embun tiada turun, mengatur jarak awan nan jemu berpadu
pohon rindang menanti janji rintik hujan kan kembali
membasahi tanah tercinta
membasahi jiwa jiwa ini
Cahya mentari terasa panas menyengat
menyinari jiwa ini,
kan sabar menanti,
karena pasti kan berganti
Mendung mengalun jadi tumpuan harapan
sekedar menggantikan kemarau jadi butir-butir hujan
kan sabar diri menanti
karena pasti kemarau pergi berganti
mata air kering
mendamba turun hujan dan embun
bergayut membalut dahaga
membahana dalam sukma merana nan gersang bahkan berdebu
Titik embun tiada turun, mengatur jarak awan nan jemu berpadu
pohon rindang menanti janji rintik hujan kan kembali
membasahi tanah tercinta
membasahi jiwa jiwa ini
Cahya mentari terasa panas menyengat
menyinari jiwa ini,
kan sabar menanti,
karena pasti kan berganti
Mendung mengalun jadi tumpuan harapan
sekedar menggantikan kemarau jadi butir-butir hujan
kan sabar diri menanti
karena pasti kemarau pergi berganti
Drs. Iyus Yusandi, M.Pd. Lahir di Garut, 25 April 1968. Tinggal di Karangpawitan, Kab. Garut. Guru Bahasa Indonesia SMPN 3 Banyuresmi (1999-2005) dan di SMAN 18 Garut sejak 2006 sampai dengan sekarang. Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMA Kab. Garut periode 2013-2017 dan periode 2017-2021, serta sebagai Sekretaris MGMP Bahasa dan Sastra Indonesia Provinsi Jawa Barat.
Terima kasih telah menampilkan karya puisi hasil belajar menulis
ReplyDeleteTerima kasih telah menampilkan karya puisi hasil belajar menulis
ReplyDeletekeren pak ketu 👍
ReplyDeletetengkyu
DeletePuisi yang realistis,digarap dengan apik mengajak pembaca untuk menyadari arti setitik air dalam kegersangan.
ReplyDeleteLanjutkan,Pak Ketu
ReplyDeleteMantafff👍👍👍👍
ReplyDeletePuisi yang realistis, digarap dengan apik mengajak pembaca untuk menyadari arti setitik air dalam kegersangan. Selamat buat Pak Iyus Yusandi, kereeen
ReplyDeleteK Ren
ReplyDeletetengkyu
Delete"Mengapa sang malam yang berkuasa Mengapa hitamnya malam yang bertahta Suasana apa yang kini akan terjadi Seakan tak ada setitik terang pun yang akan menghiasi"
ReplyDeleteBait ini seolah-olah mengungkapkan kegalauan yang kurasakan juga seperti suasana saat ini. Keren lah buat guru dan muridnya����
Waaaahhh hebbaatt payus ... mantaaappp
ReplyDeleteHebat paguru iyus keren mantap
ReplyDelete