Apendiksitis Bikin Meringgis
oleh: Iyus Yusandi
Saat
itu Selasa pagi pukul 03.00, aku terbangun karena perutku sakit. Seolah-olah
seperti ada yang menusuk di bagian bawah perut sebelah kanan. Aku pun menangis
tak kuasa menahan rasa sakit yang luar biasa.
Suamiku
masih terlelap tidur, di atas karpet di ruang tengah. Televisi masih menyala. Sinar televisi masih
menerangi ruangan tengah yang lampunya masih padam.
Suamiku
gak tahu kalau sakit di perutku luar biasa tak tertahankan. Ia masih saja
tertidur padahal sebentar lagi masuk waktu azan Shubuh.
Pikiranku
meracau. Pikiranku pun beranjak pada kebutuhan anak didik di kelasku. Ku ketik sebuah pesan
whatApp kepada suamiku: “Abdi mah peryogi kanggo nebus acuk barudak kelas
plus jaket anak pramuka, 3 juta saur pa Nura
beresna hari Minggu,
pangmilariankeun ke pami aya milik rejeki ku abdi digentosan.”
Adzan
Shubuh berkumandang dari toa masjid di kampungku. Mengalun merdu memecah sunyi
dini hari. Mengiringi sejuknya udara pagi yang membelai semua warga tak
beranjak dari tidur. Suamiku bangun dari
tidurnya. Pergi ke kamar mandi dan berangkat ke masjid.
Waktu
pun beranjak siang. Suamiku datang dari masjid dan menyeduh kopi kesukaannya.
“Sakola
sampe jam sabaraha, Yah? Hoyong ka dokter!” kataku kepada suamiku.
“Paling
net-not doang. Hayu ke dokter mah.” Kata suamiku, yang hendak melakukan absensi
rekam wajah di sekolahnya.
“Ade
acan aya kartu ujian,,,batur mah tos dibagikeun saurna.” Lanjutku kepada
suamiku.
Bungsuku
sekarang menghadapi ujian sekolah di kelas XII. Bungsuku akan menempuh tahap
akhir di SMA. Selama ini bungsuku sedang sibuk mempersiapkan sejumlah berkas
untuk kepentingan SBMPTN. Bungsuku menempuh tahap akhir di SMA dan akan segera
mengawali langkah pembuka dengan mencoba daftar di perguruan tinggi.
Hari
beranjak terang, matahari mulai menghangatkan tubuh dan makhluk seisi belahan
bumi. Jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Aku pun berangkat ke klinik
Nurhayati untuk memeriksakan sakit perut bagian bawah kananku kepada dokter. Ruangan
penuh sesak oleh orang-orang yang menunggu giliran. Setelah mendaftarkan diri,
aku dapat antrian nomor 63 di pagi itu. Kata perawat nomor itu akan dapat
diperiksa sekitar pukul 11.00 atau lebih.
Aku
menunggu giliran pagi itu sambil menahan sakit di sekitar perutku.
Beberapa pasien masuk dan keluar ruangan periksa dokter. Begitu pun pasien
lain, setelah diperiksa perawat, dicatat tensi dan keluhan pasien yang
bersangkutan menunggu beberapa saat setelah pasien lain di ruangan dokter
keluar. Bergantian antri masuk ruang periksa dokter, sesuai nomor antrian
masing-masing pasien.
Nomor 63 dipanggil perawat. Aku
diperiksa tensi darah. Datanya dituliskan perawat pada sehelai kertas. Aku
disuruh masuk laboratorium untuk diperiksakan darah. Aku pun menunggu hasil
laboratorium. Tak lama menunggu hasil laboratoriu diberikan perawat kepadaku.
Aku dipersilakan masuk ruangan periksa dokter.
“Kenapa, Bu? Apa keluhan, Ibu?’
tanya dokter kepadaku.
“Ini dok. Perutku sakit di
bagian bawah sebelah kanan.” Sambil kutunjukan tanganku yang menekan rasa
sakit.
“Silakan berbaring!” kata
dokter sambil menunjuk arah dipan pemeriksaan.
Aku beranjak dari kursi ke arah
dipan yang tak jauh dari kursi dokter.
Aku membaringkan tubuhku dengan
tangan yang masih menempel di perutku yang sakit.
Dokter menghampiriku. Memeriksa
sakit di perutku dan menekan keras bagian perut.
“Oh, sakit dok!” aku mengerang
menahan sakit.
Dokter hanya tersenyum.
Sudah jelas sakit perutku.
Dokter malah menekan keras perutku.
“Ya, Sudah. Silakan kemali ke
kursi!” lanjut dokter.
“Data dari hasil laboratorium
menunjukkan bahwa Haemoglobin 14,5. Ini berarti berada di ambang batas normal
14 – 18. Eristrosit menunjukkan 5,9 ini berarti normal pada batas 5 – 6.
Trombosit menunjukkan 273.000 berarti normal pada batas 150.000 – 450.000.
Hematookrit menunjukkan angka 47 berarti ada pada batas normal 40 – 48. Hanya
saja Leukosit menunjukkan 12.100 sedangkan batas normal berada pada 4.000 – 10.000.
leukosit Ibu tinggi, ini berarti ibu mengidap penyakit tertentu.” Jelas dokter
setelah memeriksa data hasil laboratorium.
“Leukosit atau sel darah putih
berasal dari sumsum tulang belakang dan beredar di seluruh airan darah.
Leukosit merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh kita. Bagian
darah yang satu ini mampu menghasilkan antibodi untuk melawan organisme asing
(virus, bakteri, dan parasit) sebagian pertahanan terhadap infeksi, merespons
alergi, serta menunjang fungsi kekebalan tubuh.” Tambah dokter.
Dokter pun menambahkan bahwa: “Sel
darah putih atau leukosit terdiri dari lima komponen, yaitu neutrofil,
limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Normalnya, leukosit terdiri dari
40%-60% neutrofil, 20%-40% limfosit, 2%-8% monosit, 1%-4% eosinofil, dan
0,5%-1% basofil. Berikut adalah beberapa penyebab meningkatnya jumlah salah
satu komponen leukosit lebih dari ambang normal.
Jika jumlah neutrofil tinggi:
- Infeksi bakteri, virus, atau jamur akut.
- Cedera fisik, pemulihan pasca operasi atau penyembuhan luka.
- Radang tiroid.
- Rheumatoid arthritis, demam
rheumatik.
- Leukemia mielositik kronik.
- Asam urat.
- Eklampsia, kejang atau koma pada wanita hamil.
- Stres akut.
Jika jumlah limfosit tinggi:
- Infeksi virus, seperti campak atau gondong.
- Infeksi bakteri, seperti batuk rejan (pertusis)
dan tuberkulosis.
- Kanker darah, seperti multiple myeloma dan
leukemia limfositik.
- Limfoma.
- Demam kelenjar (mononukleosis).
- Hepatitis akibat infeksi virus atau bakteri.
Jika jumlah monosit tinggi:
- Infeksi virus, misalnya campak, gondongan, dan mononukleosis.
- Infeksi bakteri kronis.
- Tuberkulosis.
- Infeksi parasit.
- Leukemia.
- Peradangan kronis, seperti lupus, vaskulitis, dan
rheumatoid arthritis.
Jika jumlah eosinofil tinggi:
- Infeksi parasit.
- Sindrom hipereosinofilia.
- Penyakit jaringan ikat.
- Kanker, seperti leukemia myelogenik kronik.
- Reaksi alergi, seperti ada eksim atau asma.
- Penyakit Addison.
Jika jumlah basofil tinggi:
- Reaksi alergi.
- Cacar air.
- Penyakit mieloproliferatif, yaitu penyakit pada sumsum tulang.
- Peradangan kronis, seperti pada rheumatoid arthritis dan kolitis ulseratif.
- Leukemia myelogenik kronik.Pemulihan dari splenektomi, yaitu prosedur
operasi untuk mengangkat limpa.”
Selain berbagai
hal di atas, leukosit tinggi juga bisa disebabkan oleh merokok, mengonsumsi
obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid dan
epinefrin, serta myelofibrosis, yaitu kelainan pada sumsum tulang yang
mengganggu produksi sel darah normal.
Jadi pada
dasarnya, jumlah sel darah putih atau leukosit tinggi menunjukkan adanya:
- Peningkatan
produksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
- Gangguan
sistem kekebalan tubuh yang membuat produksi sel darah putih meningkat.
- Reaksi
terhadap obat yang meningkatkan produksi sel darah putih.
- Penyakit
sumsum tulang yang menyebabkan produksi sel darah putih naik secara tidak
normal.
Gejala Leukosit Tinggi atau
Lekositosis
Leukosit tinggi,
atau yang disebut juga leukositosis tidak selalu bergejala. Namun gejala umum
yang bisa dikenali seperti:
- Demam.
- Perdarahan
atau memar.
- Tubuh terasa
lemah, lelah, atau sakit.
- Merasa
pusing, pingsan, atau berkeringat.
- Lengan,
kaki, atau perut terasa sakit atau kesemutan.
- Sulit
bernapas, berkonsentrasi, atau pandangan terganggu.
- Berat
badan turun tanpa sebab.
- Tidak
nafsu makan.
“Ibu, saya kasih rujukan ke rumah sakit Guntur, ya!” tambah dokter.
“Terima kasih, Dok!” jawabku sambil berdiri dan meninggalkan ruangan.
Waktu yang berbeda aku pun berangkat ke rumah sakit Guntur sesuai rujukan
dokter yang memeriksa keluhanku di perut bagian bawah kanan.
Dokter memeriksa rekam medik data dari dokter yang merujuk. Dokter
menyuruhku masuk kamar periksa. Ditekan keras bagian perut yang sakit.
“Aawww! Sakit, Dok!” jeritku kesakitan.
“Ya, sudah. Silakan kembali ke meja!” tegas dokter sambil kembali ke
mejanya.
“Ibu sudah siap operasi?” tanya dokter kepadaku.
“Demi kesehatan, saya siap, Dok.” Jawabku dengan sejumlah pikiran yang tak
menentu. Masih saja pikiranku meracau gak karuan. Kepada bungsuku yang saat ini
sedang menghadapi tahap akhir di kelas dua belas SMA. Pikiranku tentang anak
keduaku yang kini sedang menyelesaikan tahap akhir di Perguruan Tinggi Negeri
di luar kota. Pikiranku tentang bagaimana anak-anak didik yang beberapa hari
ini kutinggalkan untuk kepentingan medisku. Pikiran tentang rumah yang mungkin
akan berantakan, tiada yang membereskan. Pikir ini, pikir itu, banyak sekali.
Sehingga kadang melupakan mana yang harus lebih kuprioritaskan.
“Ibu tidak harus dioperasi hari ini. Sampai dengan hari ini pasien yang
terdaftar di poli bedah sudah mencapai 250 orang, Bu. Barangkali Ibu masuk
daftar yang ke 251. Jadi masih ada waktu. Ibu saya kasih obat dulu. Nanti pada
taggal yang sudah ditentukan Ibu datang lagi ke mari dengan membawa data hasil
laboratorium, data hasil EKG, data hasil rotgen, dan rekom dari poli dalam.
Nah, sekarang Ibu boleh pulang setelah menebus obat yang saya berikan, ya.”
Tambah dokter.
Aku keluar dari ruang periksa. Memasukkan resep dokter ke apotik. Menunggu
beberapa saat, dan pulang setelah obat kuterima dari apotik tersebut.
Tiba di rumah aku hanya bisa menangis. Air mata berderai membasahi kedua
pipi. Menahan rasa sakit di perut bagian kanan bawah dengan vonis
“Apendiksitis” dari dokter. Aku pun meringgis dengan satu kata tindakan
“operasi” seperti yang disampaikan dokter. Operasi laparoscopy yang disarankan
dokter. Aku pun meringgis.
Air mataku pun berderai, mengingat akan nasib anak-anakku yang kini
menyelesaikan skripsi, dengan yang menyelesaikan belajar di jenjang SMA. Bahkan
segudang persoalan lain dalam kehidupan ini.
Kepedihan seakan berantai yang kurasakan. Namun ku yakin, ini adalah ujian
dalam kehidupanku. Aku harus tetap bersabar dan ikhlas menghadapi semua ini. Karena
ku yakin, akan selalu ada jawaban bagi semua persoalan. Alloh tidak akan
menguji hamba-Nya kecuali menurut kemampuannya.
Hari pun berganti, mentari menyinari bumi menggantikan rintik hujan.
(Tanggung jawab isi dan penyuntingan sepenuhnya ada di tangan penulis)
Drs. Iyus Yusandi, M.Pd., Guru Bahasa Indonesia di SMAN 18 Garut, Ketua MGMP Bahasa Indonesia tingkat Kabupaten Garut , Sekretaris MGMP Tingkat Provinsi Jawa Barat, Penulis Antologi Cerpen “Pembuka Jalan” terbitan Mujahid
Press dan Penyunting Antologi Puisi “Guruku Cahaya Rembulan”
Terbitan Guneman, Bandung.
0 Response to "Apendiksitis Bikin Meringgis"
Post a Comment