Potret Suram Moral Anak Bangsa
oleh Dewi Ratna KS
Bercermin dari
kasus Audrey, siswa SMP di Pontianak yang dikeroyok dan dianiaya oleh 12 orang
siswa SMA, merupakan suatu potret
ketidakberhasilan pendidikan karakter yang beberapa tahun terakhir ini digembar-gemborkan.
Betapa tidak sekelompok siswi SMA, rata-rata berusia sekira 17 tahun, yang
dalam keseharian seharusnya lebih banyak dihabiskan di sekolah memiliki sikap
brutal dan tidak memiliki rasa perikemanusiaan. Tragisnya, hanya karena urusan
asmara mereka tega melakukan kekerasan pada orang yang tidak ada hubungannya
dengan masalah mereka. Tindakan tidak beradab mereka telah mengakibatkan luka
fisik dan psikis. Bahkan luka itu akan berbekas pada koban sepanjang hidupnya. Lebih
parah lagi, setelah semua tindakan yang mereka lakukan, dengan bangganya mereka
berfoto tanpa sedikit pun ada rasa penyesalan.
Pendidikan
karakter yang dikembangkan di Indonesia berlandaskan pada etika, moral dan
religi. Namun, pada kenyataannya belum sampai pada tujuan yang ingin dicapai. Hal
ini bukan saja terbukti pada kasus Audrey, tetapi banyak kasus lainnya. Sebelumnya
ada kasus-kasus lain, seperti penganiayaan siswa pada guru, perkelahian,
pencurian bahkan pembunuhan di mana melibatkan siswa sebagai pelakunya. Ini
menunjukan bahwa pada saat ini Indonesia sedang mengalami krisis karakter,
krisis moral yang sangat parah. Lalu akan dibawa kemana negeri ini dengan
potret generasi muda yang tidak beretika dan tidak bermoral?
Masyarakat
Indonesia sebetulnya terkenal memiliki nilai budaya yang luhur. Dalam budaya
tenggang rasa dan toleransi serta kehidupan yang religius sebetulnya sudah
tersirat pilar-pilar pendidikan karakter tersebut. Hanya saja tidak tersurat
dalam suatu dokumen yang resmi. Artinya adat istiadat di dalam setiap
masyarakat Indonesia telah mendidik dan mengarahkan manusia pada kehidupan yang
baik. Ini terbukti bahwa pola pendidikan tradisional telah berhasil menciptakan
bangsa Indonesia yang berbudi luhur, memiliki etika dan moral yang baik serta
taat menjalankan ajaran agamanya.
Di era modern
ini justru karakter bangsa bukan semakin kuat. Dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ditunjang pula oleh arus informasi yang semakin deras
mengakibatkan perubahan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Keberadaan
budaya lain seolah menggeser nilai budaya asli. Hal ini menunjukan bahwa Bangsa
Indonesia, khususnya generasi muda secara mental tidak siap untuk menghadapi
serangan global ini. Pada akhirnya bangsa kita tumbuh menjadi bangsa yang goyah
dan hilang identitas karena pengaruh negatif dari luar lebih berpengaruh membentuk
kepribadian mereka.
Kondisi ini
kiranya belum terlambat untuk diperbaiki. Banyak strategi yang dapat kita
lakukan dalam mencegah dan menyelamatkan anak bangsa dari kondisi yang
memprihatinkan ini. Tindakan pemberian sanksi sangat tepat dilakukan untuk memberikan
efek jera pada pelaku tindakan brutal tersebut. Apabila kita hanya berlindung
di balik undang – undang perlindungan
anak tentunya tidak akan menyelesaikan masalah. Langkah pertama undang – undang
harus diubah,
bukan saja memuat konten perlindungan semata tetapi harus memuat sanksi juga
bagi anak yang melakukan pelanggaran.
Selanjutnya yang
tidak kalah penting adalah peran orang tua dan guru. Pembentukan karakter utama
seorang anak ada pada lingkungan keluarga dan guru. Orang tua dan guru sifatnya
hanya mengarahkan karakter yang sudah terbentuk sebelumnya. Jadi jalan terbaik
untuk memantau perkembangan anak adalah menjalin komunikasi antara orang tua,
guru dan siswa itu sendiri. Kemudian kenali lingkungan tempat anak bergaul,
karena pergaulan juga akan membentuk karakter anak. Apabila anak bergaul dalam
lingkungan yang baik maka akan terbentuk karakter baik dan sebaliknya apabila
lingkungan tempat bergaulnya buruk maka akan terbentuk karakter yang buruk
pula.
Dengan
langkah-langkah yang disampaikan di atas semoga potret suram yang terjadi saat
ini tidak akan terjadi lagi dan berubah menjadi potret yang indah mempesona.
*) Dewi Ratna KS, guru IPS SMPN 4 Kota
Cimahi, peserta pelatihan daring Guru IPS Menulis angkatan 2.
0 Response to "Potret Suram Moral Anak Bangsa"
Post a Comment