Sekolah Tanpa Penjaga Sekolah
oleh Endang Wahyu Widiasari
Guru Di SMPN 4 Cikalongwetan
Keberhasilan penyelenggaraan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kenyamanan lingkungan belajar. Kenyamanan
lingkungan belajar akan terwujud jika kebersihan, keindahan dan sanitasi
lingkungan sekolah tercipta. Kondisi seperti itu sudah seharusnya terus diupayakan
agar tercipta suasana yang kondusif untuk keberlangsungan pendidikan, untuk
terciptanya kondisi tersebut tentunya semua komponen di sekolah harus berperan
aktif untuk mewujudkannya.
Semua komponen di sekolah tanpa
kecuali sangatlah vital keberadaannya. Keberadaan seorang penjaga sekolah
sangalah vital dalam suatu lembaga sekolah tanpa terkecuali. Walaupun terkadang
penjaga sekolah ini keberadaanya dipandang sebelah mata, namun sebenarnya
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap kemajuan suatu pendidikan.
Kebersihan lingkungan sekolah adalah tanggung jawab semua warga sekolah, namun
tupoksi yang paling besar tentunya tertumpu pada penjaga sekolah.
Berdasarkan tupoksi penjada
sekolah, yang salah satunya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekolah, maka
keberadaan penjaga sekolah sangatlah penting untuk menciptakan sekolah yang
nyaman, aman dan bersih sehingga membuat semua warga sekolah merasa betah
didalamnya, namun tentunya tidak semua masalah kebersihan di berikan kepada
penjaga sekolah, guru dan siswapun berperan dalam menjaga kelestarian
lingkungan sekolah.
Ketika ada personal penjaga
sekolah di sekolah, alhamdulillah tentu saja tidak terlalu direpotkan dengan
kebersihan lingkungan sekolah, ketika datang ke sekolah air hangat sudah
tersedia, ruang guru dapur dan kepala sekolah serta halaman semua sudah rapih,
begitu menginjakan kaki ke sekolah rasanya hilang rasa lelah dan letih
menghirup wangi ruangan guru yang bersih dan indah, ditambah air teh hangat di
poci telah tersedia. Alhamdulillah penjaga sekolah kami walaupun masih muda
tapi rajin dan memiliki semangat kerja yang tinggi, orangnya tidak sulit untuk
diarahkan dan dibimbing, dia memiliki etos kerja yang tinggi walaupun honor
yang diberikan tidaklah sesuai dengan kinerja yang diberikan.
Akan tetapi di bulan Juli tahun
2017 dia mengajukan berhenti bekerja dengan alasan akan bekerja di Jakarta,
walaupun dengan berat hati kami mengijinkannya dengan harapan mendapatkan
penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik. Semenjak itu sulit sekali mencari
pengganti, sudah beberapa kali mencari penggantinya, namun mereka hanya
bertahan beberapa bulan saja, kebanyakan mereka gengsi menjadi penjaga sekolah.
Dengan tidak adanya penjaga
sekolah membuat kami kalang kabut, ruangan yang biasa tertata rapih kini berbeda
dari sebelumnya, kamar mandi yang biasa rapih kini terlihat agak kusam dan bau
begitupun dengan ruangan yang lainnya, sampah-sampah berserakan sering telihat
di lapang atau diparit parit sekolah, belum lagi tempat sampah yang penuh
kadang berserakan sampai keluar karena tidak di buang ke tempat sampah dan
tidak dibakar. maklun saja siswa hanya mengerjakan kegiatan kebersihan di kelas
dan halaman saja, terkadang itupun tidak maksimal.
Keadaan ini sempat membuat saya
stres juga, tentunya kondisi ini harus dicarikan solusinya tidak bisa
dibiarkan, jujur saja ada perasaan rindu seperti dulu dimana lingkungan sekolah yang selalu bersih tetap terjaga
dengan baik. Namun mencari penjaga sekolah yang baru ternyata sulit dan sampai
hari inipun belum ditemukan, sebenarnya ada beberapa yang melamar akan tetapi
mereka memasang honor yang tinggi, setengah hari kerja inginnya dibayar
Rp.50.000, maklum saja kebiasaan di daerah Cireundeu ketika menggarap sawah
atau kebun setengah hari dibayar 50.000, tentunya tawaran ini menberatkan
anggaran sekolah, selain itu juga ingin diberi rumah dinas dan juga diberi
fasilitas untuk berjualan di sekolah.
Mula-mula sayalah yang terbiasa
sendiri mengerjakan kebersihan sekolah dibantu oleh anak-anak, dari mulai
menyapu lantai, mengepel dan juga mencuci piring, semua pirig kotor dan gelas
bekas makan dan minum teman teman saya cuci sendiri. Pekerjaan ini sering
dilakukan ketika pulang sekolah ketika semua teman sudah pulang. Baru kali ini
saya rasakan ternyata jadi penjaga sekolah itu tidak mudah, tapi semua saya
kerjakan dengan niat iklas dan tulus, agar semua warga sekolah betah tinggal
disekolah. Sampai akhirnya ada teman yang bertanya “siapa yang suka membereskan
ruangan guru ataupun ruangan yang lainnya?” Sebab ketika pagi hari semua
ruangan sudah saya sulap menjadi bersih dan rapih, khusunya ruangan guru dapur
dan juga ruangan yang lainnya.
Lama-kelamaan teman-teman sering
membantu menbereskan ruangan, dan mereka juga terbiasa membereskan dan juga
mencuci kembali bekas minum dan makan yang sudah dipakai, semua menyimpan dan
membersihkan yang sudah dipakai pada tempatnya.
Alhamdulillah sekarang kompak bergerak untuk membersihkan ruangan yang
ada di sekolah. Semua mau bahu membahu mengerjakan kebersihan lingkungan.
Akhirnya dibuatlah jadwal piket
harian guru, dimana pada hari itu guru mempunyai tugas menjaga kebersihan di
ruangan guru, alhamdulillah ruang guru mulai terawat kembali, akan tetapi
ruangan ruangan yang lain masih terlihat kotor dan tidak terurus, akhirnya kami
berembuk bagaimana kalu dibuatkan penanggung jawab ruangan, akhirnya
berdasarkan kesepakatan bersama dibuatlah penanggung jawab ruangan. Namun
walaupun ada penanggung jawab masing masing ruangan kami semua dituntut untuk
menjaga kebersihan bersama, dibantu oleh siswa tentunya. Selain itu dengan
petugas kantin sekolah dibuat kesepakatan untuk membereskan dan membersihkan
bak penampungan sampah. Sekarang tugas membersihkan penampungan sampah akhir
ada dibawah tanggung jawab mereka.
Ketika pulang sekolah kami
membiasakan kerjabakti untuk membersihkan ruangan sesuai jadwal piket dan juga
penanggung jawab ruangan masing-masing. Semua harus terbiasa mengerjakan
sendiri sesuai dengan tupoksinya, apapun yang sudah dipakai ditempatkan kembali
pada tempatnya dalam keadaan bersih, gelas piring apapun yang telah dipakai
wajib dicuci sendiri dan disimpan pada tempatnya, begitu juga kebersihan di
maja guru masing masing harus terjaga kebersihan dan kerapihannya , tidak boleh
meninggalkan sekolah dalam keadaan tidak rapih dan tidak bersih.
Hasilnya sekarang sekolah menjadi
tertata rapih dan bersih, bahkan dengan mengerjakan kebersihan sendiri, rasa
cinta terhadap sekolah lebih besar lagi karena terasa bagaimana susahnya
membersihkan lingkungan sekolah.
Tanpa adaanya penjaga sekolah
secara tidak sengaja kami belajar menerapkan PPK, seperti gotong royong dan
kemandirian juga cinta lingkungan, semua bahu menbahu untuk mewujudkan sekolah
bersih indah, rapih dan sehat. Sekarang juga di sekolah sedang diupayakan untuk
menghidari sampah plastik salah satunya dengan cara mengurangi kemasan air
plastik disetiap pertemuan-pertemuan yang diadakan di sekolah, juga kami sedang
mencari jalan mensiasati sampah plastik ini dengan kerjasama dengan kantin
sekolah agar mereka mengurangi berjualan dengan menggunakan kemasan plastik.
Tentunya program ini belum mencapai hasil yang diinginkan akan tetapi bukankah
lebih baik bergerak daripada tidak sama sekali.
Semoga akan tercipta sekolah
sehat seperti yang kami idam-idamkan walaupun untuk mencapai hal itu tentunya
banyak sekali yang harus diupayakan dan dikerjakan.
Semoga berhasil, aamiin
Tanggungjawab penyuntingan ada pada penulis.
0 Response to "Sekolah Tanpa Penjaga Sekolah"
Post a Comment