SMPN 13 Kota Binjai: Pengusaha Jadi Pembina Upacara
![]() |
Dari kiri ke kanan: Asmawati dan anaknya, Èsèp M Zaini, Ahmadi (Pengusaha Kafe) dan Samsoel Agoes (Kepala SMPN 13 Kota Binjai). |
Oleh Èsèp M Zaini
(Pemred Majalah Guneman)
Salah satu rutinitas yang wajib dilaksanakan di setiap jenjang sekolah adalah
upacara penaikan bendera merah putih. Seminggu sekali, setiap Senin.
Pemeran utama dalam upacara adalah pembina. Kehadirannya sangat penting. Di
sekolah sudah biasa pembina upacara diperankan oleh kepala sekolah, wakil, para
pembantu atau wali kelas dari kelas yang bertugas. Selain itu ada juga pembina
upacara tamu. Biasanya berasal dari kalangan masyarakat yang mempunyai
kedudukan di struktur pemerintahan. Bisa kepala desa/lurah, komite sekolah,
camat, kapolsek atau dari koramil. Meski saya belum pernah melihat atau
mendengar dari kalangan tersebut, kecuali camat.
Ketika saya bertamu ke Kota Binjai, saya berjumpa dengan salah seorang kepala
sekolah. Dia adalah Syamsul Agoes, Kepala SMPN 13 Kota Binjai. Saya panggil
dia, Bang Agoes. Selain itu dia pun diamanahi sebagai Ketua Komunitas Literasi
Kota Binjai. Sangat tepat karena selain ramah, kompetensinya pun tampak
mumpuni. Baik sebagai guru maupun pemimpin.
Selama 48 jam saya berada di Binjai, paling banyak waktu bersama Bang Agoes.
Dia cerita banyak tentang pengalamannya, baik sebagai guru, kepala sekolah
maupun ketua Komunitas Literasi. Meski tentu saja belum tercurah semuanya. Dari
perbincangan itu, semuanya menarik dan sangat bermanfaat bagi saya. Tetapi ada
hal yang paling unik, yaitu saat berbicara tentang pembina upacara.
Menurut Bang Agoes, di SMPN 13 Kota Binjai sesekali mengundang kalangan
profesional muda atau pewirausaha muda asli putera Binjai untuk menjadi pembina
upacara. Tentu saja saya agak tercengang karena baru mendengar kali ini. Hingga
terlontar pujian, ini kepala sekolah hebat, terbuka dan kreatif.
Bang Agoes melakukan hal itu agar ada efek besar secara langsung diterima oleh
para siswa. Figur atau idola itu sangat penting bagi anak-anak yang baru
menginjak usia remaja. Bukan sekadar kata-kata abstrak yang menyerbu telinga
peserta upacara pada saat penyampaian amanat pembina upacara. Ini umpan
terobosan yang sangat aduhai. Di luar kebiasaan, unik dan kreatif. Sikap kepala
sekolah semacam ini akan berpengaruh besar bagi sikap dan semangat bagi para
siswa. Tidak menutup kemungkinan juga bagi dewan guru dan tata usaha.
Bukan isapan jempol belaka, untuk membuktikan ucapannya, Bang Agoes pun
mengajak saya untuk menjumpai salah seorang pewirausaha muda di TKB (Tempat
Kegiatan Bisnis). Usai salat magrib, kami bergegas menuju keramaian Kota Binjai
pada malam Minggu. Kami berempat, istri dan anak Bang Agoes ikut serta.
Kebetulan istrinya karib saya, namanya Asmawati. Biasa dipanggil akrab Bunda
Asma. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 7 Kota Binjai ini pun
aktivis di Aliansi Penulis Kota Binjai dan MGMP Bahasa Indonesia SMA di Kota
Binjai, sebagai ketua. Juga, sebagai penulis buku antologi cerpen Bulan
Terpotong Enam yang baru terbit sebulan, kini hampir meraih titel Best Seller. Bukunya diterbitkan oleh
Penerbit Guneman Bandung. Orangnya ramai dan ramah.
Akhirnya, kami sampai di TKB Jalan M.T. Haryono, Kebun Lada, Binjai Utara, Kota
Binjai, Sumatera Utara 20746. Tepat
turun di depan pintu masuk sebuah kafe yang terpampang namanya Kawan Kental
Kopi. Langsung disambut oleh sang pemilik, Ahmadi. Rupanya sebelum ke situ,
Bang Agoes telah mengontak sang pemilik. Lalu, berlima berfoto dulu di boks
Taman Selfie yang berada tak jauh dari pintu masuk. Jadi, para pengunjung bisa
ber-selfie ria dulu sebelum menduduki kursi dan bangku yang tertata indah di
bawah tenda-tenda bundar.
Sambil menunggu pesanan makanan ringan dan minuman, kami berbincang dengan Bang
Ahmadi. Tentu saja, saya sangat tertarik konfirmasi tentang kesan dia menjadi
pembina upacara, selain berbincang tentang kafe itu sendiri.
Bang Ahmadi merasa terpanggil untuk ikut serta dalam peningkatan kompetensi
sumber daya manusia. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mengembangkan
itu. Ketika diundang untuk menjadi pembina upacara, dia menyambut dengan penuh
semangat dan haru. "Ini kesempatan langka, sangat beruntung bagi saya bisa
berbagi pengalaman dengan para remaja yang akan menjadi tulang punggung bangsa
ini ke depan," ungkap Bang Ahmadi sumringah.
Keuntungan bukan hanya untuk pendidikan dan para siswa, tetapi juga bagi
perkembangan wirausaha Bang Ahmadi. Efek dari menjadi pembina upacara, secara
tidak langsung salah satunya adalah promosi gratis. Para siswa bukan sekadar
mengenal Bang Ahmadi sebagai pewirausaha, tetapi juga akan jauh lebih
mengetahui nama dan tempat usahanya. Bahkan, bisa merasa ada ikatan batin
antara siswa dengan Bang Ahmadi, macam kental kopi yang tersedia di kafe Kawan
Kental Kopi. "Mantap dan sedap kali, Bang!"
Isi amanat pembina upacara pewirausaha, yaitu bercerita seputar aktivitas dan
kreativitasnya dalam membangun dan mengembangkan jiwa wirausaha dan jenis
usahanya. Diharapkan para siswa cerdas mengambil teladan dari pengalaman sang
tamu istimewa tersebut. Pun, bisa mengenyahkan kejemuan dan kejenuhan para
siswa dalam mengikuti rutinitas upacara. Ada penampilan dan diksi berbeda yang
dicerna oleh para siswa. Tidak itu-itu juga yang selama ini disampaikan oleh
pembina upacara dari kalangan tuan rumah.
Semoga virus baik tersebut bisa menyebar luas ke seluruh negeri. Pengelolaan
sekolah ini perlu kreativitas yang tinggi agar sekolah tidak mati gaya. Jangan
hanya mentereng dalam segi fisik (bangunan). Sebab, dalam kreativitas selalu
ada jiwa yang menantang dan unik. Dan itu yang selalu didamba anak remaja dan
muda.***
Binjai-Medan-Jakarta, 11 Maret 2018
0 Response to "SMPN 13 Kota Binjai: Pengusaha Jadi Pembina Upacara"
Post a Comment