SEMUA YANG BURUK TAK SELAMANYA BURUK
karya Arin Hijrati Izdihar
JDUGG! JDUGG!
Telingaku
sudah bosan mendengar hal itu. Kupalingkan wajah, menghindari pemandangan yang
agak menggelikan di depan. Tak heran, beberapa guru sering membicarakan kelas
kami.
Revan
dan kawan-kawan, mereka adalah teman sekelasku. Hobi mereka adalah bermain
bola.
Setiap
jam kosong, mereka pasti akan bermain bola. Kalaupun tidak, biasanya mereka
akan menjahili anak lain, meng-cover
lagu terkenal, dan tak jauh dari itu−intinya mereka selalu membuat keributan.
Beberapa
ada yang membenci mereka, sebagian lagi menyukai mereka. Entah apa alasan
mereka juga disukai, tapi temanku bilang mereka humoris. Alasan itu bisa
kuterima juga karena tanpa mereka, kelas pasti hening bagai kuburan.
Kini
mereka sedang bermain bola di kelas! Ya, di kelas! Pasti rasanya kesal sekali
melihat bola melambung ke sana kemari dan sewaktu-waktu bola mendarat di kepala.
Selain kepala, sasaran bola pasti merusak properti kelas. Berkat karya mereka,
beberapa piala, jam dinding, rusak. Foto presiden pun tak mereka lewatkan.
Bahkan, beberapa kitab suci yang tersimpan di sudut kelas juga terkena
sasarannya. Tapi, mereka tetap tak jera.
Berkali-kali
bola diambil juga dihancurkan−oleh guru. Tetapi, bola pasti tetap ada, juga
pemainnya. Ya, kegigihan mereka seperti mental baja.
Suatu
hari, kami mendapatkan tugas. Tugas harus dikumpulkan saat itu. Revan dan
kawan-kawan tetap bermain bola dengan riang. Teman-teman yang lain mengerjakan
tugas dengan sungguh-sungguh, sedangkan mereka tetap berleha-leha. Aku menggelengkan
kepala melihat mereka. Sesudah itu, aku kembali mengerjakan tugas, menghiraukan
pemandangan di depan.
Usai
pulang sekolah, mereka insaf. Insaf untuk mengerjakan tugas. Tugas yang
menumpuk itu mereka kerjakan secepat kilat. Mungkin, itu satu kelebihan yang
dimiliki mereka. Teman-teman yang lain mendukung mereka. Bersorak-sorak bagai
menonton bola di stadion. Aku pun kembali geli dan ikut menonton. Setelahnya,
Revan melempar balpoin dan bergaya seperti superman.
“Teman-teman!
Revan sudah selesai mengerjakan tugas! Ayo kita lanjutkan permainan kita!”
serunya. Kawannya membalas, “Ayo!” dengan semangat. Kami tertawa melihatnya.
Aku
menarik ujung bibirku. Ya ... mungkin orang lain bisa menilai mereka orang yang
paling buruk, biang onar, dan lain-lain. Guru bisa menilai mereka adalah hama
atau bakteri yang harus dimusnahkan, tapi tidak bagi kami.
Mereka
memang buruk, memang buruk. Tapi, mereka sebenarnya mempunyai keinginan dan
kegigihan yang sangat kuat. Matanya berkata seperti itu. Seburuk-buruknya apa pun
boleh mereka katakan, tapi Revan dan kawannya tak pernah meninggalkan tugas. Mereka
juga sebagai moodbooster kami. Di tengah-tengah
kesibukan serta rasa stress akibat
tugas, semua bisa diobati dengan perilaku mereka yang kurang jelas.
Dalam
hati aku tersenyum. “Semua yang buruk tak selamanya buruk, kan?” pikirku
begitu.
JDUGG!
Sebuah
bola mengenai kepalaku.
“Hampura, Rin. Teu kahaja.” katanya.
‘Oh, Tuhan.
Maafkan aku. Kutarik kembali ucapanku.’
Sukabumi, 5 Maret 2019
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Arin
Hijrati Izdihar saat ini bersekolah di SMPN 1 Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat,
kelas IX. Karya puisinya pernah dibukukan dalam antologi puisi berjudul “Air
dan Api”. Kini penulis tinggal di Jalan Selajambe, No. 54, Sukabumi, Jawa Barat.
Nomor kontak penulis 085759106899.
Penyunting: Ratna Muda Ningrum
Penyunting: Ratna Muda Ningrum
0 Response to "SEMUA YANG BURUK TAK SELAMANYA BURUK"
Post a Comment