MEMBACA DENGAN SUGESTOPEDIA
Oleh Rudianto, M.Pd.
Tanggal
8 September diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Hari Aksara
Internasional yang dimulai sejak tahun 1965 ini dimaksudkan untuk memberantas
buta aksara di seluruh dunia. Lalu bagaimana kondisi kemampuan membaca manusia
setelah 54 tahun dicanangkan Hari Aksara Internasional?
Berdasarkan
data minat baca internasional, Indonesia selalu berada pada posisi bawah dalam
hal kemampuan membaca. Hal ini terjadi bukan saja karena jumlah bahan bacaan
yang minim, melainkan juga diperparah oleh kemampuan membaca yang rendah.
Sebagai contoh, penulis menyodorkan kemampuan membaca di kabupaten Cirebon. Berdasarkan
Pemberitaan Radar Cirebon edisi 12
Mei 2017 ada 447 siswa SMP di Kabupaten Cirebon yang belum bisa membaca. Pada Radar Cirebon edisi 19 Mei 2017 ada
13.003 siswa SD di Kabupaten Cirebon yang belum bisa membaca. Pada tahun 2018
jumlah siswa SMP di Kabupaten Cirebon yang belum bisa membaca ada 100 siswa dan
449 siswa yang belum lancar mebaca. Pada
tahun 2019 ada 273 siswa SMP yang belum lancar membaca (data dari MKPS SMP
Disdik Kabupaten Cirebon). Masalah ini bukan hanya terjadi di Kabupaten
Cirebon.
Sebenarnya
masalah ini tidak seharusnya muncul. Tetapi kenyataannya ini terjadi. Yang
harus dicari adalah solusinya.
Siswa
SMP yang bermasalah dalam membaca ini bisa jadi bukan manusia buta aksara,
mereka melek aksara tetapi tidak bisa membaca. Terdapat beberapa faktor
penyebab permasalahan tersebut, diantaranya adalahpertama, cara pengajaran yang belum tepat. Cara pengajaran bahasa
Indonesia di kelas rendah (SD kelas 1 – 3 ) yang keliru akan mempengaruhi
motivasi belajar berikutnya. Kalau ada cara yang keliru, pembelajaran
berikutnya akan sulit berkembang.
Kedua, kurangnya perhatian dari orang
tua. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bermasalah biasanya motivasi
beajarnya lemah.
Ketiga, latar belakang keluarga siswa.
Siswa dengan latar belakang ekonomi lemah atau orang tua yang pendidikannya
pas-pasan akan membuat anak minder dalam pergaulan dengan temannya.
Keempat, siswa memiliki permasalahan
dalam diri (disabilitas). Siswa yang memiliki kekurangsempurnaan fisik (cacat)
akan membuat motivasi belajar lemah karena minder.
Kelima, adanya keterpaksaan untuk
meluluskan siswa di tingkat SD walaupun siswa tersebut belum bisa membaca
dengan baik.
Dari
lima penyebab munculnya masalah anak tidak bisa membaca, tiga disebabkan oleh
kondisi dari keluarga dan dua disebabkan oleh sistem pendidikan. Ini berarti
penyelesaian masalah ini harus dimulai dari keluarga (literasi keluarga) atau
pendekatan keluarga. Masalah ini tidak bisa menggunakan pembelajaran berbasisi
kurikulum sekolah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak akan mampu
mengatasi masalah ini.
Keluarga
sebagai literasi pertama dan utama diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi
masalah anak yang tidak bisa membaca. Manakala keluarga tidak mampu
menyelesaikan masalah ini, sekolah bisa melakukan solusi ini dengan pendekan
berbasis keluarga atau menjadikan sekolah seperti keluarga atau rumah siswa.
Pendekatan yang tepat adalah membaca dengan sigestopedia.
Apa
sugestopedia? Sugestopediaadalahsuatumetodepembelajaranefektif
yang menggunakansugesti, musik,dan kata-kata positifuntukmenciptakansuasana
yang menggembirakan, rileks,dan didalamnyadapatmemberikesan-kesan yang
positif.
Untuk
memperoleh sugesti yang maksimal, sugestopedia harus memperhatikan faktor
sugesti yang utama. Faktor sugesti yang utama meliputi : pendekatan
yang digunakan, kewibawaan, prestise(martabat) dan wewenang guru yang
menerapkan pendekatan itu, kepercayaan dari pihak siswa terhadap pendekatan
gurunya,komunikasi, dan seni (musik).
Agar mendapatkan
pengaruh sugesti yang maksimal, pada pelaksanaan metode sugestopedia harus
memperhatikan kompunen utama metode sugestopedia. Kompunen utama metode sugestopedia
terdiri dari kekuasaan atau otoritas guru, siswa dibuat seperti kanak-kanak
(infantilisasi), sumber belajar ganda, intonasi,irama, dansikap yang santai.
Adapun tahapan-tahapan Metode Sugestopedia menurut
Lozanov sebagai berikut.Pertama, Presentasi.
Dalam tahap ini siswa dibuat rileks dan diberi sugesti positif (saran bukan
hipnotis) bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
Kedua,
Aktif
konser. Kegiatan yang aktif antara guru dan murid dalam belajar. Aktif konser
digunakan untuk memperkenalkan materi kepada para pelajar selagi musik diputar
sebagai latarnya, biasanya dengan musik klasik atau romantik.
Ketiga,
Pengulangan
pasif. Guru memberi kesempatan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dalam
tahap aktif konser. Alunan musik dapat deperdengarkan dalam tahap ini.
Keempat,
Latihan.
Dapat digunakan permainan, untuk mengulang dan menggabungkan apa yang
dipelajari.
Dalam
pelaksanaannya Membaca Sugestopedia dapat memiliki tahapan sebagai berikut.Pertama, diagnosis. Pada tahap ini permasalahan
membaca siswa harus dipahami. Paling tidak ada tiga kelompok permaslahan yaitu
karena siswa kurang percaya diri, karena kesalahan pembelajaran membaca
permulaan, dan siswa yang tidak memiliki motivasi.
Kedua,
Persiapan
tempat. Untuk mendapatkan efek sugesti yang kuat, tempat harus ditata
sedemikian rupa, paling tidak tempat yang digunakan harus memiliki syarat
sebagai berikut yaitu representatif, bersih, harum, ada bunga, penuh warna, ada
gambar, ada musik, dan tempatnya nyaman.
Ketiga,
persiapan
bahan. Bahan latihan membacanya harus dipersiapkan dengan baik. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika menyiapkan bahan yaitu; Akomodir semua
permasalahan membaca yang dialami oleh siswa dalam bahan bacaan (buku atau
modul), Bacaan lebih baik kalau berupa cerita yang memotivasi, Bacaan (cerita) harus
yang sesuai dengan dunia anak.
Keempat,
pelayanan/terapi.
Pelayanan atau terapi yang dilakukan harus ramah, sampaikan kata-kata motivasi,
sampaikan kata-kata sugesti positif (membaca itu mudah, membaca itu
menyenangkan), hindarkan pernyataan membaca itu berat atau sulit, wujudkan
komunikasi seolah-olah antara orang tua dan anak, lakukan secara terjadwal dan
berkala.
Kelima,
evaluasi.
Evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui kemajuan keterampilan membaca siswa.
Alat evaluasi yang digunakan bisa berupa
pengukur KEM (Kemampuan Efektif Membaca).
Siapa pelaksana Membaca
Sugestopedia? Yang tepat melaksanakan ini adalah orang tua siswa di rumah.
Namun karena orang tua belum tetntu mampu untuk melakukannya, maka guru di
sekolah yang melaksanakannya. Guru yang dipilih adalah wali kelas, guru BK,
atau guru bahasa Indonesia. Sebab ketiga guru inilah yang sangat paham kondisi
dan latar belakang siswanya. Dengan membaca Sugestopediaini diharapkan bisa
mengatasi permasalahan membaca bagi anak-anak yang bermasalah dalam membaca
karena keadaan keluarganya.
Dengan upaya
membaca berbasis sugestopedia, diharapkan tidak ada lagi siswa yang melek
aksara tapi tidak bisa membaca. Semoga!
Penulis adalah Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten
Cirebon dan penggiat literasi mengajar di STIKES Muhammadiyah Cirebon
0 Response to "MEMBACA DENGAN SUGESTOPEDIA"
Post a Comment