Menjelang Ujian Nasional Kelas IX
oleh Lilis Yuningsih
Menjadi walikelas IX di SMP itu seru, karena siswa SMP
kelas IX itu sebagian besar saatnya mulai sedikit toubat. Mereka sedikit banyak
mulai mendengarkan advis walikelasnya menjelang persiapan menghadapi ujian
nasional. Seperti biasa di sekolah kami dari mulai penghujung semester satu,
siswa kelas IX sudah mulai mengikuti program bimbingan belajar khusus mata
pelajaran yang di UN kan secara intensif. Saya sendiri sebagai pengajar
matematika sekaligus walikelas IX sudah mulai memberikan gambaran dan orientasi
kearah persiapan ujian Nasional saat perkenalan di awal tahun ajaran baru. Dari
tahun ke tahun untuk memotivasi siswa, saya senang menceritakan pengalaman
pribadi saat menjelang ujian di kelas 3 SMA dulu. Bagaimana kami yang sudah
sedikit lebih dewasa saat itu berinisiatip membagi tugas kelompok menyusun soal
latihan ujian hasil berburu soal dari berbagai buku kumpulan soal. Dan kami
merasakan betul cara itu sangat efektif untuk membangun sikap mental SIAP
UJIAN. Dan kami berhasil lulus dengan nilai sangat memuaskan.
Cara tersebut rupanya cukup mengena karena hasilnya
ternyata banyak siswa saya tertarik untuk melakukan hal yang sama yaitu
menyusun kumpulan soal Matematika dari bank soal mulai dari soal-soal kelas VII
sampai dengan soal-soal kelas VIII. Oleh sebab itu saya berhasil mengumpulkan
hasil karya mereka dari tahun ke tahun. Dan itu bermanfaat untuk dijadikan
contoh bagi kelas-kelas berikutnya dari tahun ke tahun. Selain itu upaya saya
sebagai wali kelas membangun sikap mental SIAP UJIAN itu adalah dengan
bercerita bahwa dari pemilihan sepuluh besar siswa terbaik di akhir tahun,
selalu saja mahal didapat keberadaan siswa putra. Bagaimana tidak sebab umumnya
dari mulai persiapan pun sudah nampak sikap yang berbeda. Siswa putra nampak santai
dan acuh tak acuh, hanya beberapa orang saja yang nampak antusias dan serius
menyikapi persiapan mengahadapi ujian nasional. Dengan bercerita tentang
gambaran tersebut saya menantang siswa putra di kelas saya agar bias mematahkan
fenomena tersebut. Paling tidak untuk tahun yang akan datang buatlah
perbandingan jumlah yang seimbang antara siswa putra dan siswa putrid dalam
memperoleh prestasi dengan sebutan sepuluh besar siswa berprestasi di akhir
tahun.
Dua bulan lagi menjelang ujian nasional saya dapati
ada siswa putra yang seringkali terlihat murung dan sering melamun baik saat
belajar regular pagi hari maupun saat bimbel sore hari. Sampai satu saat bahkan
dia tidak masuk sekolah beberapa hari, dan menurut surat yang kami terima ternyata
katanya anak tersebut sakit. Setelah sakitnya lebih dari tiga hari maka ada
beberapa temannya yang diutus untuk menengok ke rumahnya. Menurut temannya yang
menengok Dodi sebutlah begitu namanya, ternyata sakitnya Dodi bukan sakit
fisik. Menurut ayahnya dia sedang mogok sekolah tanpa diketahui penyebabnya
karena Dodi memang termasuk siswa yang pendiam dan tertutup. Sehari setelah
ditengok, ayahnya Dodi datang menemui saya di sekolah. Pak Rustakim ayahnya
Dodi meminta bantuan agar saya mencoba mengorek penyebab Dodi mogok sekolah.
Namun sepintas pak Rustakim menduga kalau putranya itu sedang sedih memikirkan
ibunya yang sedang sakit. Dari penuturan pak Rustakim, istrinya itu sedang depresi
berat oleh sebab yang belum bisa diketahui secara pasti.
Dari penuturan seorang teman sesama guru di sekolah
kami yang kebetulan suaminya adalah rekan pak Rustakim yang bekerja di sebuah
BUMN, diketahui bahwa pasangan suami istri orangtua Dodi adalah pasangan yang
sama-sama pendiam dan kurang komunikasi. Sehingga satu saat istrinya mengalami
depresi berat ditandai dengan sering diam duduk melamun tidak bisa diajak
berkomunikasi. Padahal istrinya pak Rustakin adalah seoramg guru di sebuah SMP,
namun semenjak sakitnya itu dia cuti panjang. Dan akibat sakitnya itu pula,
ibunya Dodi ini tidak mempedulikan sekelilingnya termasuk putra bungsunya yang
sebentar lagi akan menempuh ujian nasional. Rupanya hal inilah yang menyebabkan
Dodi menjadi sedikit terganggu keseimbangan mentalnya. Seperti umumnya anak di
usia remaja pastilah membutuhkan kedekatan dengan seorang ibu, apalagi
disaat-saat penting menjelang ujian nasional. Dengan keadaan ibunda seperti dia
menjadi bingung, putus asa dan tidak percaya diri.
Setelah ada waktu yang tepat saya ditemani guru BK mencoba
home visit ke rumah Dodi untuk mencoba mengajak berkomunikasi agar mengetahui
apa yang menjadi beban fikirannya. Setelah sampai dirumahnya kami disambut
ayahnya di ruang tamu. Sepintas saya melihat foto keluarga yang terpasang
didinding, disitu saya melihat foto sosok ibu yang saya kenal sebagai guru di
sebuah sekolah yang letaknya agak jauh dari sekolah kami karena berbeda
kecamatan. Putra keluarga itu tiga orang dan lelaki semua, dimana Dodi adalah bungsunya.
Setelah saya perhatikan foto kedua kakak Dodi, ternyata mereka adalah juga
alumni sekolah kami yang sedang
menyelesaikan kuliahnya di Bandung. Saya ingat-ingat kedua kakak Dodi, mereka
punya karakter yang sedikit berbeda dengan Dodi. Mereka jauh lebih ceria dan
banyak bicara dibanding dengan adik bungsunya, selain itu kakak-kakaknya Dodi
juga, merupakan aktivis OSIS. Kalau kemampuan akademis mereka bertiga kami akui
cukup bagus bahkan agak jauh diatas rata-rata teman di kelasnya Mungkin karena
perbedaan usia yang agak jauh, Dodi tidak sempat menyaksikan bagaimana
kakak-kakaknya beraktivitas di sekolah.
Setelah bertemu ayahnya Dodi, beliau menyampaikan
permasalahan anak bungsunya yang seolah sedang punya beban berat yang dia tidak
mau membaginya dengan siapapun. Termasuk kepada kakak-kakaknya sekalipun yang
sengaja dipanggil ayahnya pulang untuk mencoba membujuk adik bungsunya yang
mogok sekolah itu. Tidak lama kemudian Dodi berhasil dibujuk untuk menemui kami
diruang tamu, walau nampak sedikit sungkan. Saya dan guru BK mencoba
mengajaknya ngobrol untuk menyadari bahwa ujian sudah diambang pintu, sebentar
lagi dia dan teman-temannya akan selesai menempuh pendidikan di SMP. Dia
menangis sesenggukkan dan terbata-bata mengungkapkan kesedihannya karena keadaan
ibunya. Setelah tau persis penyebab kegundahan hatinya yang menyebabkan
kebingungannya, kami pelan-pelan membujuk dan memberi pengertian bahwa
ibundanya akan semakin sedih apabila menyadari putra bungsunya mogok sekolah
justru saat menjelan ujian akhir seperti ini. Nampaknya usaha kami berhasil,
perlahan-lahan raut mukanya menampakkan harapan dan sedikit keceriaan.
Kebetulan rumah saya searah, maka saya tawarkan untuk berangkat bareng ke sekolah dengan dibonceng
sepeda motor saya. Tidak dinyana dia menerima tawaran itu dengan anggukan penuh
antusias, Alhamdulillah tanpa disadari saya bersama guru BK menggumamkan ucapan
syukur. Jadilah selama kurang lebih seminggu saya menjadi tukang ojeg bagi
Dodi, sampai dia nampak pulih rasa percaya dirinya. Selanjutnya dia mengikuti
jadwal ujian nasional dan berhasil menjadi peraih NEM terbesar ke empat dari
sepuluh besar siswa terbaik peraih NEM tertinggi.
Begitulah perjuangan seorang walikelas, terkadang
menemui keadaan khusus yang mengharuskan kita menyikapinya dengan cara yang
khusus, jadi tukang ojeg demi nasib seorang siswanyapun tidak mengapa.
Lilis Yuningsih, S.Pd. MM.
Kepala SMPN Satap 1 Lelea, kecamatan Lelea, kabupaten
Indramayu ini pernah mengajar Matematika, Biologi dan bahasa Sunda di SMPN 1
Cikedung Indramayu selama tiga tahun kemudian di SMPN 2 Sindang Indramayu
selama 24 tahun. Mendapat tugas menjadi kepala sekolah DPK di SMP IT Mutiara
Irsyady Pekandangan Jaya Indramayu selama dua setengah tahun. Hobbynya menulis
disalurkannya dengan menulis catatan di facebook dengan akun Lidip Wachyu
Dinatapura dan Deep Yudha. Juga di blognya deepyudha.blogspot.co.id yan g bertajuk
Masih Ada. Selain itu, seminggu sekali punya jadwal On Air di Radio Cinde FM
Indramayu mengasuh acara Obrolan Hati (Obati).
0 Response to "Menjelang Ujian Nasional Kelas IX"
Post a Comment