SMPN 1 Balongan “Goes to Digital School"
Oleh
Mohammad Taufik, S.Pd.,
M.Si.
(Kepala SMPN 1 Balongan,
Indramayu)
Perkembangan sains dan
teknologi senantiasa berimbas pada segala bidang, demikian pula pada bidang
pendidikan. Gaung Revolusi Industri 4.0 terus menggema yang pada akhirnya
merambah ke dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tengah gencar mensosialisasikan apa dan bagaimana
pendidikan di Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Sejalan dengan
itu munculah apa yang disebut dengan Pendidikan abad ke-21 dan Pembelajaran
abad ke-21.
Untuk bisa
mengimplementasikan pembelajaran abad ke-21 sebagai upaya menjawab tantangan
revolusi industri 4.0 tentu tidak mudah. Karena untuk itu sangat membutuhkan
kesiapan seperti, kesiapan mental, kesiapan kompetensi, kesiapan sarana dan
prasarana, serta kesiapan sumber daya manusia. Oleh sebab itu dalam
melaksanakan dan mengaplikasikan proses pembelajaran abad ke-21 perlu daya
dukung yang memadai. Bagaimanakah lembaga menciptakan berbagai kesiapan sebagai
daya dukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran abad ke-21?.
Kesiapan Mental
Bagaimana upaya
membangun kesiapan mental dan paradigma tenaga pendidik (guru) dan siswa dalam
memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) atau dalam bahasa Inggris
disebut ICT (Information and Communication Technologies) dalam proses
pembelajaran. Sehingga diharapkan akan berimbas pada pola berpikir dan
berperilaku positif dalam menggunakan
TIK dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Kesiapan Kompetensi
Setelah mental dan
perubahan paradigma terbangun, selanjutnya bagaimana upaya menyiapkan
kompetensi para guru dalam mengaplikasikan teknologi tersebut dalam kegiatan
pembelajaran. Kesiapan kompetensi penguasaan teknologi sangat penting dimiliki
oleh para guru dalam menghadapi revolusi industri 4.0 melalui pembelajaran abad
ke-21. Guru bukan hanya dituntut mampu menggunakan teknologi akan tetapi harus
mampu memanfaatkan teknologi tersebut sebagai sumber, media dan alat pembelajaran.
Karena sejatinya teknologi dalam pembelajaran adalah bukan tentang teknologi,
namun yang paling penting adalah bagaimana teknologi itu digunakan secara tepat
untuk membuat siswa belajar.
Kesiapan Sarana dan
Prasarana.
Dukungan sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran abad ke-21 sangat penting agar sekolah
dalam menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berbasis teknologi bisa
terlaksana. Peran serta kepala sekolah dan komite sekolah sangat dibutuhkan
untuk bisa menciptakan semua itu. Disinilah bagaimana pentingnya jiwa
kepemimpinan pembelajar dan enterpreunership (kewirausahaan) kepala sekolah
untuk bisa menyiapkan sarana dan prasarana pendukung tersebut.
Kesiapan Sumber Daya
Manusia,
Bagaimana para
pelaksana, baik itu guru, siswa, tenaga administrasi juga seluruh stake
holder memiliki kesiapan untuk berperan serta dan memberi dukungan
dalam mewujudkan terlaksananya
pembelajaran abad ke-21.
SMP Negeri 1 Balongan
sejak tahun 2017 sudah mulai merintis penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi
(TIK) sebagai media pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan UNBK
yang dilaksanakan secara mandiri, serta pelaksanaan PTS berbasis android.
Pada tahun ajaran
2019/2020, SMP Negeri 1 Balongan, melaksanakan musyawarah dengan orangtua siswa
pada tanggal 14 September 2019. Hasil kesepakatannya adalah bahwa siswa
diperbolehkan membawa handphone di sekolah yang nanti digunakan sebagai media
dan alat belajar mereka di kelas.
Melalui berbagai
pendekatan dan komunikasi dengan guru-guru, komite sekolah dan masyarakat,
selaku Kepala Sekolah terus berupaya menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif dengan memanfaatkan TIK sebagai alat, media, dan sumber belajar para
peserta didik. Dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai seperti,
jaringan internet, modem wifi, dan server SMP Negeri 1 Balongan mulai tahun
ajaran 2019/2020 meluncurkan program Sekolah Digital sebagai upaya implementasi
pendidikan abad ke-21 dan pembelajaran abad ke-21 dalam menjawab tantangan
revolusi industri 4.0.
Program sekolah digital
di SMP Negeri 1 Balongan bukan hanya melaksanakan pembelajaran abad ke-21,
namun juga bagaimana upaya menyiapkan siswa belajar memanfaatkan teknologi
dalam kegiatan belajar mereka. Karena dalam tantangan pembelajaran abad ke-21
ada 2 (dua) hal yang dihadapi yakni “Learning to Use ICT vs Using ICT to Learn”
(“Belajar untuk menggunakan TIK versus Menggunakan TIK untuk Belajar”). Pada
level “Learning to Use ICT” bagaimana belajar memunculkan (emerging) dan
menggunakan (applying) TIK, sedngkan pada level “Using ICT to Learn”
bagaimana mengintegrasikan (integrating) dan mentransformasi (transforming) TIK
untuk belajar.
Peran dan fungsi TIK
dalam pembelajaran abad ke-21 pun bisa “ICT as an Object” (TIK sebagai obyek) ,
“ICT as Tool” (TIK sebagai alat) , dan “ICT as Medium” (TIK sebagai media)
dalam kegiatan pembelajaran. “ICT as an Object” berada pada level “Learning to
Use ICT”, sedangkan “ICT as Tool” dan “ICT as Medium” berada pada level “Using
ICT to Learn”.
Pada abad ke-21 mata
pelajaran perlu dibingkai oleh kompetensi pembelajaran dan inovasi, karena
belajar tidak hanya terbatas di sekolah saja tetapi dari banyak sumber lain.
Karena itu perlu dukungan kompetensi pemanfaatan informasi, media, dan TIK.
Sedangkan kompetensi inovasi memerlukan dukungan proses pembelajaran yang dapat
memperkuat kreativitas melalui kemampuan berpikir kritis (higher order thinking
skills atau populer dengan sebutan HOTS).
Melek teknologi saat ini
sudah merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh guru, sehingga diharapkan
guru punya kompetensi dalam menggunakan teknologi dengan cerdas dan bijak
sebagai alat dan media pembelajaran. Revolusi industri 4.0 sangat identik
dengan lahirnya revolusi pembelajaran dan revolusi belajar, sehingga memaksa
guru harus menguasai keterampilan yang berkaitan dengan teknologi. Terkait
dengan itu saat ini muncul istilah Internet of Things (IoT). Pengertian IoT
adalah suatu konsep dimana tersambungnya internet menyebabkan manusia dapat
bertukar informasi satu sama lainnya dengan benda-benda disekitarnya. Dengan
hadirnya IoT akan lebih mempermudah kegiatan manusia dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Semua kegiatan dapat dilakukan dengan sangat praktis,
efektif dan efisien.
Lalu apa yang harus
dilakukan guru agar bisa menguasai keterampilan teknologi internet atau IoT ?
Pertama, temukan alasan
yang kuat mengapa memutuskan harus menggunakan internet.
Dale H Schunk dalam
bukunya yang berjudul “Learning Theories” menyebutkan 5 fungsi teknologi
internet yakni sebagai :
- Alat
untuk mengembangkan pengetahuan
- Pengusung
informasi untuk mendalami pengetahuan yang mendukung pembelajaran
- Konteks
yang mendukung learning by doing
- Media
sosial untuk mendukung learning by talking
- Pasangan
intelektual untuk mendukung pembelajaran dengan refleksi
Secara spesifik menurut
Serim Ferdi menyebutkan 10 alasan mengapa guru harus menggunakan internet :
- Untuk
menemukan bahan pembelajaran yang murah dan gratis
- Untuk
menghubungkan ruang kelas dengan dunia yang lebih luas
- Untuk
membantu para guru dalam memanajemen waktu
- Untuk
memotivasi siswa
- Untuk
memberikan siswa learning by doing
- Untuk
“meremajakan” profesional guru
- Untuk
membantu guru menyebarkan berita baik yang terjadi di dalam kelas
- Membantu
guru untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman dan ide dengan guru lain
- Memperluas
peluang “mentoring jarak jauh”
- Untuk
mendekatkan sekolah dengan masyarakat
Kedua, belajar dari yang
mudah kemudian terapkan, misalnya menggunakan youtube, google classroom, dan
lain-lain
Ketiga, memanfaatkan web
sekolah
Keempat, berinternet
dengan aman dengan menggunakannya secara bijak dan cerdas.
Internet ibarat sebuah
pedang bermata dua, di satu sisi mendatangkan manfaat namun di sisi lain bisa
mendatangkan masalah. Hal-hal yang mendatangkan masalah dapat diatasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut : pelajari ketentuan dan kebijakan penggunaan
internet, sosialisasikan kepada siswa dasar-dasar berinternet yang sehat, buat
peraturan dan kebijakan sekolah tentang penggunaan internet yang aman dan
sehat, serta awasi siswa dalam menggunakan internet di sekolah.
Kelima, jadilah sebagai
guru pembelajar. Guru harus terus belajar dan belajar karena di era revolusi
industri 4.0 memberikan tantangan bagi guru berada pada dalam komunitas global
yang akan menciptakan revolusi pembelajaran dan revolusi belajar bagi para
siswanya.
Melalui proses
pembelajaran abad ke-21 diharapkan akan tercipta kecakapan abad ke-21 sebagai
berikut :
- Kecakapan
Belajar dan Inovasi : 4C (Critical Thinking, Creativity, Collaboration,
Communicative)
- Kecakapan
Informasi, Media dan Teknologi : Literasi Informasi, Literasi Media, dan
Literasi Teknologi Informasi
- Kecakapan
Hidup dan Karir : Luwes dan Mampu Beradaptasi, Memiliki Inisiatif dan
Mengarahkan Diri, Memiliki Kemampuan Sosial dan Lintas Budaya, dan
Produktif
Berdasarkan beberapa
kajian-kajian teori tersebut, SMP Negeri 1 Balongan bertekad meluncurkan
program Sekolah Digital dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sarana
prasarana yang ada di sekolah dengan maksimal. Meskipun beberapa kendala masih
harus dihadapi. Namun dengan bekal keseriusan, kesungguhan, etos kerja yang
tinggi, serta semangat seluruh komponen sekolah, termasuk komite sekolah,
mudah-mudahan perlahan tapi pasti, bisa meminimalisir kendala dan hambatan yang
ada.
Itulah sekelumit
pengalaman saya sebagai Kepala SMPN 1 Balongan meskipun baru beberapa bulan,
Karena mulai terhitung tanggal 2 Agustus 2019, saya bertugas di SMPN 1
Balongan, Namun dengan semangat dan dukungan seluruh stakeholder yang luar biasa, dimana kami semua ingin
menciptakan sekolah digital. Saya terus berupaya untuk bisa mewujudkan program
tersebut, paling tidak di tahun ajaran 2019/2020 ini sebagai langkah awal atau
persiapan dimana SMPN 1 Balongan “Goes to Digital School” di tahun ajaran
2020/2021 nanti.
Mudah-mudahan tulisan
ini bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain.
Semoga.
Indramayu, 28 September
2019
Penyunting : Lilis
Yuningsih
0 Response to "SMPN 1 Balongan “Goes to Digital School""
Post a Comment