Divo dan Vocabulary

oleh Susi Susilawati, S. Pd.
Pagi itu pemandangan
yang sedikit berbeda terlihat di ruangan Kelas 9F, kelas tempat Divo dan
teman-teman sekelasnya menerima pelajaran setiap hari. Sunyi sepi menyelimuti
setiap sudut ruangan kelas tersebut.
Terlihat hampir seluruh penghuni kelas memasang wajah tegang dengan dahi
berkerut, termasuk Divo. Otak Divo dan teman-temannya tengah berada dalam tekanan yang luar biasa. Saat
itu Divo dan teman-temannya sedang menghadapi ulangan Bahasa Inggris yang
menurut sebagian dari mereka itu mata pelajaran yang sangat sulit. Pemandangan
seperti ini memang lumrah terjadi di hampir
semua kelas dan sekolah-sekolah di daerah pinggiran karena imaji yang
melekat pada mata pelajaran Bahasa Inggris begitu sulit dipahami. Menurut
mereka kesulitan utama karena Bahasa Inggris memuat kosakata asing yang sulit untuk diingat dan dicerna otak belum
lagi masalah pengucapan yang berbeda dengan cara penulisannya.
Satu jam berlalu,
terdengar suara seseorang memecah ketegangan. “Anak-anak waktu mengerjakan soal
telah habis. Harap lembar jawaban kalian dikumpulkan di depan!” ucap Pak Bekti,
guru Bahasa Inggris yang terkenal tegas itu.
Wajah kaget dari Divo
dan teman-temannya terlihat jelas, kegalauan pun muncul. “Aduh, belum selesai,
Pak. Beri waktu lima menit lagi, ya, Pak!”
Pak Bekti pun menjawab,
“Waktunya sudah habis anak-anak, baik selesai ataupun belum, segera kumpulkan
hasil pekerjaan kalian!”
Berbagai ekspresi
terlihat di sana. Ada yang panik karena belum selesai mengerjakan soal. Ada
yang terlihat hanya pasrah saja dengan keadaan, namun ada juga yang berwajah
tenang karena telah selesai mengerjakan soal-soal.
Dengan penuh
keterpaksaan Divo dan teman-temannya mengumpulkan kertas ulangan tersebut. Para
siswa terlihat pasrah dengan keadaan. Mereka berhamburan ke luar kelas. Mereka
saling bercerita dengan kawannya tentang serba-serbi mengisi soal ulangan tadi.
Divo terlihat berbagi
cerita kepada temannya yang bernama Saril, “Ril, lihat kepalaku adakah asap
mengepul di atasnya? Pusing kepalaku melihat soal-soal tadi.”
Lalu saril menjawab,
“Hadeuuh, sama kalau begitu, Vo, apalagi aku tadi belum selesai mengisi
soal-soal waktu sudah habis.”
“Siap-siap diremed kita
ini. Ya ampun bagaimana ini? Pa Bekti itu galaknya minta ampun!” tukas Divo
sambil menepuk jidatnya sendiri.
Percakapan dengan tema
yang hampir sama terjadi juga pada beberapa teman-teman Divo.
Dua hari kemudian jadwal
bagi kelas 9F bertemu kembali dengan Pak Bekti dalam pelajaran Bahasa Inggris.
Tampak Pak Bekti masuk kelas dengan kertas ulangan yang siap dibagikan. Tampak
wajah-wajah pucat penuh rasa penasaran menanti pengumuman nilai ulangan
tersebut. Dengan ekspresi wajah yang datar dan dingin seperti biasa Pak Bekti
mulai mengumumkan nilai ulangan.
”Ini adalah hasil
ulangan kemarin. Jujur saja hasilnya masih jauh dari harapan. Dari 30 siswa
hanya 7 orang berhasil mendapat nilai di atas KKM.” Mendengar hal itu rasa gundah
menyelimuti ruangan kelas 9F. Tampak wajah-wajah pucat pasi menanti pengumuman
nilai.
“Nilai yang memenuhi KKM
bahkan melampaui adalah; Indah, Sandi, Kevin, Ari, Sari, Ririn, dan Sarah. Sedangkan
yang lainnya tidak lulus KKM. Seketika jeritan kecewa terdengar serentak memenuhi
ruangan. Mereka yang tidak lolos dilanda rasa kecewa dan syok termasuk Divo.
“Ya ampun, benar saja
aku masuk remedial. Oh tidak!” kata Divo. Sudah terbayangkan olehnya dan
teman-teman remedialnya tugas berat menanti di depan mata. Mereka menghapalkan
dan menyetorkan hapalan 30 vocabulary dalam
satu hari kepada Pak Bekti.
Ya itulah tugas dari Pak
Bekti bagi siswa yang nilainya di bawah KKM. Ada soal-soal yang harus dikerjakan
kembali selain itu diharuskan menghapal dan menyetorkan hapalan sebanyak tiga
puluh kosakata dalam bahasa Inggris beserta artinya dalam bahasa Indonesia
setiap hari selama dua minggu
Hari berikutnya mulailah
Divo membuka kamus bahasa Inggris dan membuang jauh rasa malasnya. Divo
menghapal sedikit demi sedikit kosakata dalam
bahasa Inggris beserta artinya dalam bahasa Indonesia. Untuk kemudian dia
setorkan hapalan tersebut kepada Pak Bekti keesokan harinya. Dan itu berlaku
selama dua minggu. Sampai tiba waktunya ulangan pada bab berikutnya. Divo
bertekad untuk tidak diremedial kembali pada ulangan bab berikutnya.
Susi Susilawati, S. Pd.
lahir di Kuningan pada 02 Juni. Saat ini bekerja sebagai guru di SMPN 2 Cimahi
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Moto hidupnya adalah “What I want that what I got”. Email: s.susilawati62@yahoo.com.
WhatsApp: 085224078519
Penyunting: Saiful Amri, M. Pd.
0 Response to "Divo dan Vocabulary"
Post a Comment