Summit Attack
Enang Cuhendi
Semakin tinggi langkah kuayun.
Terpaan hawa dingin mulai menyergap, menyelinap di antara pori-pori. Jaket berlapis
yang kukenakan tak mampu melawan. Jemari pun seakan mulai membeku.
Jalur yang kutempuh semakin rumit. Aku merayap di antara bebatuan
di kemiringan 65 derajat. Tangan bertumpu di antara celah batu. Pandangan
lurus ke depan, tak peduli jurang di kiri kanan yang siap menjemput maut.
Tekadku kuat, demi summit kukorbankan semua.
"Ayo, itu puncak tinggal sedikit lagi!" teriakku.
Setengah berlari kuayun kuat langkah ini. Semakin cepat. Tak sabar ingin
segera muncak. Tak sadar kakiku terkait akar. Aku terpelanting dengan keras.
Ada rasa sakit tak terhingga. Pandangan terasa gelap. Selang beberapa
lama, kubuka mata. Aku terdiam. Terlihat jelas ranjang, lemari dan
pintu itu. Aku terbaring di lantai dengan kepala benjol.
Pentigraf #2
He he untung cuma mimpi ya, Kang.
ReplyDelete