Kutepati Janjiku
Oleh: Vivi Trijatah Handayani
Akhirnya
aku datang ke acara reuni bersama sahabat karibku, Alena. Ternyata hampir semua
teman SMA hadir dalam acara itu. Aku menyapu pandanganku ke setiap sudut
ruangan namun sosok yang kuharapkan tak terlihat batang hidungnya.
“
Nah, ini dia duda keren, Pilot ganteng kita!” Suara itu mengagetkan semua orang
yang ada di ruangan, termasuk aku. Tiba-tiba Alena menarik tanganku mendekati
kerumunan teman-teman tempat sumber suara itu berasal. Tinggal beberapa langkah
aku berhenti. Seorang pria tampan dan berbadan tegap. Aku begitu mengenal sosok
itu. Tanpa kuduga ia pun melihat ke arahku. Ia berusaha mencari celah untuk
keluar dari dari kerumunan teman-teman. Setengah berlari ia melangkah ke arahku
dan Alena. Dengan sigap kutarik tangan Alena dan menyeretnya keluar ruangan . Kulambaikan
tangan ke taksi yang sedang mangkal dan bergegas masuk diiringi Alena yang
masih bingung dengan sikapku.
“Jadi
itu sebabnya kamu tidak bisa move on dari
Faisal, Hana?” Aku hanya terdiam menatap Alena dengan senyum getir. Alena memelukku,
membiarkan aku menangis di bahunya. Alena sudah tahu, Faisal telah menceritakan
semuanya. Dari Alena akupun tahu, selepas masa pendidikannya Faisal menikah
dengan anak teman bisnis ayahnya. Namun, pernikahan itu tak berlangsung lama
karena mereka tidak saling mencintai. Sebelum pulang, Alena memberikan sebuah
amplop berwarna biru. “Selama ini Faisal berusaha menghubungi dan mencarimu
kemana-mana,” ujarnya.
Aku
menatap keluar dari jendela pesawat. Kesedihan terselip di hati ketika harus
meninggalkan kota penuh kenangan ini. Perlahan kubuka amplop warna biru yang diberikan
Alena kemarin. Ada secarik kertas bertuliskan “Maafkan aku, Hana. Akan kutepati
janjiku. Kita akan selalu bersama. Faisal.” Ada sesak menyelinap di dada.
Lima belas menit sudah pesawatku
mengudara. Tiba-tiba aku merasakan goncangan yang begitu dahsyat. Semua
penumpang berteriak histeris. Sebuah
dentuman keras terdengar dan seketika semuanya terasa gelap. Kurasakan seluruh
badanku sakit. Perlahan kubuka mata. Di sampingku terbaring seorang pria dengan
seragam pilotnya. Tangannya berusaha menggapai tanganku. Samar-samar kutatap
wajahnya…Faisal…lirihku. Dia menggenggam tanganku sambil berkata, “Kutepati
janjiku”. Genggamannya begitu erat. Kubalas
genggamannya sambil tersenyum. Aku yakin dia pasti kembali. Terlintas bayangan
peristiwa malam itu. Faisal dan aku menikah siri. Ia berjanji akan kembali dan
kami akan bersama selamanya setelah masa pendidikannya selesai. Kurasakan
tubuhku terbang tinggi dan semakin tinggi. Di ketinggian itu aku melihat pesawat
yang kutumpangi luluh lantak. Puluhan mayat manusia berserakan. Dan di pinggir
sebuah tebing kulihat dua sosok mayat saling berpegangan tangan. Sebuah cincin
pernikahan melingkar di jari manis mereka.
Gabuswetan,
10 September 2020
Tentang
Penulis
Vivi Trijatah
Handayani, lahir di Belitung, 30 April 1972. Guru
Bahasa Indonesia di SMPN 1 Gabuswetan.
Karyanya pernah dimuat dalam buku
Antologi Puisi Ibu dan buku Kumpulan Pantun Nasihat ( Gerakan 1000 Guru Asean
Menulis Pantun) bersama Komunitas Perkumpulan Rumah Seni Asnur.
Sedih ... 😭
ReplyDelete