MELATI-RAFLESIA
MELATI-RAFLESIA
setiap kali melati menyeret berahi
pada kehati-hatian secangkir kopi
seorang bocah memendam deras luka
di takiktakik pohon karet
setiap kali raflesia menyeruak decak binar sepasang mata
tak peduli dengus hidung atau leleran liur
yang keluar dari mulut bijak seorang bajak
setiap kali melati dan raflesia
mengadu pengharapan di tiangtiang jemuran
ada satu angka jarum jam yang tanggal
lepas, lantas menjadi tameng
memilih untuk dilupakan atau dirindui
Bandung, Oktober 2020
ROMANSA PANAS
akhirnya segalanya menjadi jelas
kau memandang kami seperti bulan
yang lembut dan murung
kami menganggap kau jelangkung
yang meneror dan periang
menjajakan pesta tanpa jeda
negosiasi kita seperti angin
tak pernah bisa menyimpan rindu
apalagi melahirkan kenangan manis
kau terlalu cepat bersyukur
setiap kali langkah bisa diangsur
sementara kami jadi penakut
bila pagi hadir tanpa mentari
Bandung, Oktober 2020
RELAKSASI DINGIN
apa yang mesti disampaikan seorang pewarta
melihat lembarlembar suhu
terlipat dalam titik beku
beberapa naskah berita jadi merana
karena dalam setiap diskusi
semua orang ragu memilih diksi
sementara televisi harus terus dinyalakan
agar kehangatan tetap terjaga
seorang kamerawan memotret kerumunan embun
yang masih bergelayut pada jam 12 siang
ia bertahan dalam gigil yang panjang
karena setiap kota yang disinggahi
tak pernah bisa menggelar festival mimpi
segalanya dihalangi halimun yang terus berjaga
membatasi diri dan keinginan
Bandung, Oktober 2020
0 Response to "MELATI-RAFLESIA"
Post a Comment